Skrining HPV Tetap Krusial Bagi Wanita dengan Satu Pasangan Seksual

Kanker serviks masih menjadi ancaman kesehatan yang serius bagi wanita di seluruh dunia. Menurut data Globocan 2022, kanker serviks merupakan jenis kanker keempat yang paling umum menyerang wanita secara global. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling banyak diderita wanita.

Menanggapi masalah ini, seorang dokter spesialis obstetri ginekologi konsultan onkologi, dr. Widyorini Lestari Hanafi Sp.OG(K)Onk, menekankan pentingnya skrining Human Papillomavirus (HPV) secara rutin, bahkan bagi wanita yang hanya memiliki satu pasangan seksual atau yang telah lama ditinggal oleh suami. Penegasan ini didasari oleh fakta bahwa infeksi HPV, virus penyebab utama kanker serviks, dapat berkembang secara perlahan selama 15 tahun sebelum akhirnya memicu kanker.

"Walaupun suami sudah lama meninggal, jangan sampai tidak melakukan skrining. Bisa jadi, infeksi virus sudah terjadi sebelumnya," ujar dr. Widyorini, yang akrab disapa Wini.

Faktor risiko utama penularan HPV adalah melalui aktivitas seksual. Meskipun risiko terinfeksi HPV lebih tinggi pada wanita dengan banyak pasangan seksual, memiliki satu pasangan saja tidak menjamin terbebas dari risiko tersebut.

Proses Perkembangan Kanker Serviks

Infeksi HPV membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 15 tahun, untuk berkembang menjadi kanker serviks. Pada tahap awal, infeksi ini seringkali tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala baru akan muncul ketika kanker serviks sudah berkembang lebih lanjut, seperti:

  • Nyeri panggul
  • Pendarahan di luar siklus menstruasi
  • Pendarahan saat berhubungan seksual
  • Keputihan abnormal

"Gejala seringkali tidak terlihat. Jika gejala muncul, biasanya kanker sudah berada pada stadium lanjut. Kondisi seperti pendarahan di luar siklus haid atau pendarahan setelah berhubungan seksual menjadi indikasi kuat adanya kanker serviks," jelasnya.

Pentingnya Skrining HPV

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa sekitar 311.000 wanita meninggal dunia akibat kanker serviks pada tahun 2018. Angka ini berarti, setiap dua menit, seorang wanita meninggal karena kanker serviks.

Untuk menekan angka kematian akibat kanker serviks, dr. Widyorini sangat menganjurkan setiap wanita untuk melakukan skrining HPV secara rutin. Deteksi dini virus HPV memungkinkan penanganan yang lebih cepat dan efektif, sehingga meningkatkan peluang kesembuhan.

Saat ini, tersedia tes HPV DNA yang dapat dilakukan secara mandiri. Inovasi ini diperkenalkan oleh RS Kanker Dharmais bekerja sama dengan pusat kanker di Amerika. Tes mandiri ini memiliki tingkat sensitivitas hingga 90%. Jika hasil tes negatif, artinya tidak ada infeksi virus dan skrining dapat diulang setiap 10 tahun sekali.

Dr. Widyorini berharap bahwa proyek percontohan skrining HPV mandiri ini dapat meningkatkan cakupan skrining, mengingat rasa malu masih menjadi penghalang bagi sebagian wanita, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, ancaman kanker serviks dapat diatasi.