Rekayasa Kasus Begal di Bandung Barat Terungkap: Motif Judi Online
Kasus dugaan pembegalan yang sempat viral di media sosial, yang terjadi di wilayah Bandung Barat, Jawa Barat, ternyata merupakan rekayasa. Seorang pria berinisial Dinar (nama samaran) terbukti mengarang cerita menjadi korban begal untuk menutupi perbuatannya.
Kejadian bermula ketika Dinar melaporkan menjadi korban pembegalan di daerah Cangkorah pada Rabu malam, 16 April 2025. Dalam laporannya, Dinar mengaku saat mengendarai mobil di daerah Batujajar, ia dipepet oleh dua orang pengendara motor. Menurut pengakuannya, kedua pelaku kemudian membuka paksa pintu mobilnya dan melakukan penganiayaan menggunakan balok. Dinar mengklaim bahwa uang tunai senilai Rp 6 juta milik istrinya berhasil dibawa kabur oleh para pelaku, sementara ia ditinggalkan dengan luka di bagian kepala.
Namun, penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian menemukan sejumlah kejanggalan dalam keterangan Dinar. Tidak ada saksi mata yang melihat kejadian tersebut, maupun menolong korban saat terluka. Kecurigaan polisi semakin menguat, hingga akhirnya Dinar mengakui bahwa cerita pembegalan tersebut adalah karangannya semata.
Kapolres Cimahi, AKBP Niko N Adi Putra, mengungkapkan motif di balik rekayasa kasus ini. Menurut pengakuan Dinar, uang Rp 6 juta yang seharusnya diserahkan kepada istrinya, ternyata digunakan untuk bermain judi online. Karena kehabisan uang dan panik mencari alasan kepada istrinya, Dinar kemudian membuat cerita palsu menjadi korban begal.
"Uang itu memang diminta oleh istrinya untuk diambil, ternyata oleh yang bersangkutan dipakai bermain judi online. Uangnya habis, sementara dia bingung mencari alasan ke mana uangnya. Akhirnya dia mengarang cerita menjadi korban pembegalan," jelas AKBP Niko.
Akibat perbuatannya, Dinar dipanggil oleh pihak kepolisian untuk dimintai keterangan dan membuat permintaan maaf terbuka. Polisi juga meminta Dinar membuat video klarifikasi yang berisi pengakuan atas kebohongannya. Hal ini dilakukan untuk meredakan keresahan masyarakat yang sempat timbul akibat berita bohong tersebut.
"Kemarin malam sudah kami panggil, kami periksa juga. Akhirnya kami minta yang bersangkutan membuat video klarifikasi soal kebohongan yang dia buat untuk menutupi kesalahannya, yang berujung pada keresahan masyarakat," pungkasnya.
Kasus ini menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk tidak mudah percaya pada informasi yang beredar di media sosial, serta pentingnya bagi setiap individu untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.