Gibran Rakabuming Raka Dinilai Berupaya Tingkatkan Citra Diri Melalui Monolog Publik

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menyoroti video monolog yang baru-baru ini dirilis oleh Gibran Rakabuming Raka. Ritonga berpendapat bahwa melalui monolog tersebut, Gibran berupaya membangun persepsi publik mengenai kelayakannya sebagai seorang Wakil Presiden.

Ritonga menganalisis bahwa Gibran, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden, berusaha mengubah citra dirinya di mata masyarakat. Monolog yang membahas isu-isu krusial seperti bonus demografi dan tantangan global, dinilai sebagai upaya untuk menampilkan diri sebagai sosok yang serius, cerdas, dan memiliki visi ke depan. Upaya ini, menurut Ritonga, bertujuan untuk mengikis citra 'nyeleneh' yang selama ini melekat pada Gibran.

Lebih lanjut, Ritonga melihat video monolog ini sebagai langkah strategis Gibran dalam mempersiapkan diri menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2029. Keberhasilan Gibran dalam mengubah persepsi publik akan membuka peluang baginya untuk berkontestasi dalam pilpres mendatang. Namun, kegagalan dalam upaya ini dapat meredupkan karier politiknya.

Dalam monolognya, Gibran menyoroti momentum penting yang dihadapi Indonesia di tengah berbagai tantangan global seperti perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim. Ia menekankan pentingnya Indonesia untuk tetap tumbuh, lincah, dan adaptif. Gibran juga menyinggung potensi besar yang dimiliki Indonesia melalui bonus demografi, di mana diperkirakan 208 juta penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif pada kurun waktu 2030-2045. Ia menekankan bahwa bonus demografi ini harus dikelola dengan baik agar menjadi jawaban untuk masa depan Indonesia.

Berikut adalah poin-poin yang disampaikan Gibran dalam monolognya:

  • Tantangan Global: Mengakui adanya tantangan global seperti perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim.
  • Kebutuhan Adaptasi: Menekankan pentingnya Indonesia untuk tumbuh, lincah, dan adaptif dalam menghadapi tantangan.
  • Bonus Demografi: Menyoroti potensi bonus demografi di mana 208 juta penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif pada 2030-2045.
  • Pengelolaan Bonus Demografi: Menggarisbawahi pentingnya pengelolaan bonus demografi agar menjadi jawaban untuk masa depan Indonesia.