Pesan Paskah Terakhir Paus Fransiskus: Gencatan Senjata di Gaza dan Seruan Toleransi Global
Pesan Paskah Terakhir Paus Fransiskus: Gencatan Senjata di Gaza dan Seruan Toleransi Global
Dalam momen perayaan Paskah di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Paus Fransiskus menyampaikan pesan terakhirnya sebelum berpulang, yang menekankan pentingnya toleransi dan perdamaian di tengah konflik global. Pesan tersebut, yang dibacakan oleh seorang rekan dari balkon Basilika, secara khusus menyoroti situasi di Gaza dan menyerukan diakhirinya kekerasan.
Paus Fransiskus menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas meningkatnya sentimen anti-semitisme di berbagai penjuru dunia. Beliau juga menyoroti penderitaan rakyat Gaza akibat konflik berkepanjangan. Dalam seruannya, Paus mendesak agar segera dilakukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, mengingat dampak kemanusiaan yang sangat besar akibat konflik tersebut. "Konflik yang mengerikan ini terus-menerus menyebabkan kematian, kehancuran, dan menciptakan situasi kemanusiaan yang dramatis serta menyedihkan," demikian bunyi pesan Paus yang dikutip dari berbagai sumber.
Lebih lanjut, Paus Fransiskus menegaskan bahwa fondasi perdamaian sejati adalah kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, dan saling menghormati perbedaan pandangan. Tema toleransi dan keberagaman, yang merupakan inti dari pesan-pesan Paus selama 12 tahun masa kepemimpinannya, kembali ditekankan dalam kesempatan ini. Paus juga menyinggung konflik-konflik lain yang terjadi di berbagai belahan dunia, seperti di Sudan, Yaman, dan Ukraina. Ia mengajak semua pihak untuk menumbuhkan harapan dan memperkuat kepercayaan terhadap sesama, terutama kepada mereka yang berbeda latar belakang.
"Pada hari ini, saya ingin kita semua untuk kembali berharap dan menghidupkan kembali kepercayaan kita kepada orang lain, termasuk mereka yang berbeda dari kita, atau yang datang dari negeri jauh, membawa adat istiadat, cara hidup, dan ide yang tidak dikenal," lanjutnya. Seruan ini menjadi pengingat akan pentingnya inklusivitas dan penerimaan terhadap perbedaan dalam membangun dunia yang lebih damai.
Paus Fransiskus juga mengimbau para pemimpin dunia untuk menghindari logika ketakutan yang hanya akan mengarah pada isolasi dan perpecahan. Ia mengecam segala bentuk serangan terhadap warga sipil, fasilitas pendidikan, rumah sakit, dan pekerja kemanusiaan. Menurutnya, tindakan-tindakan tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap martabat kemanusiaan. "Kita tidak boleh membiarkan diri kita lupa bahwa yang diserang bukanlah target, tetapi orang-orang, yang masing-masing memiliki jiwa dan martabat manusia," tegas Paus.
Misa Paskah yang dipimpin oleh Paus Fransiskus dihadiri oleh ratusan kardinal, uskup, dan imam. Puluhan ribu umat juga memadati Lapangan Santo Petrus untuk mengikuti perayaan tersebut. Kehadiran umat semakin bertambah karena adanya perayaan Yubileum yang menarik ribuan peziarah ke Vatikan. Setelah misa, Paus Fransiskus berkeliling Lapangan Santo Petrus dengan mobil khusus untuk menyapa umat Katolik yang hadir dan merayakan Paskah bersama.
Pesan Paskah terakhir Paus Fransiskus ini menjadi warisan berharga bagi umat Katolik dan seluruh dunia. Seruannya untuk gencatan senjata di Gaza, toleransi, dan perdamaian diharapkan dapat menginspirasi tindakan nyata untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.