Korban Dugaan Penyiksaan di Sirkus Mengaku Laporannya Ditolak Polisi
Fifi Nur Hidayah, seorang wanita yang mengaku menjadi korban penyiksaan selama masa pelatihan sirkus, mengungkapkan pengalaman pahitnya saat mencoba mencari keadilan. Fifi, yang diduga mengalami kekerasan fisik selama berada di Oriental Circus Indonesia (OCI) dan Taman Safari Indonesia, menyatakan bahwa laporannya ke pihak kepolisian tidak ditindaklanjuti.
Dalam keterangannya di depan Komisi X DPR RI, Fifi menceritakan bahwa dirinya sempat melarikan diri dari Taman Safari Indonesia sekitar tahun 1997. Dengan bantuan seorang teman, ia berhasil kabur dan kemudian menikah di Semarang. Setelah itu, Fifi memberanikan diri untuk melaporkan dugaan penyiksaan yang dialaminya kepada Komnas HAM.
"Akhirnya saya ditolongin sama mantan saya, melarikan diri dari Taman Safari itu dan akhirnya saya lolos. Saya dibawa ke Semarang, saya dinikahkan dan akhirnya saya memberanikan diri melapor ke Komnas HAM Bapak Mulyadi waktu itu," kata Fifi di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Laporan Fifi kepada Komnas HAM diterima, namun ketika ia mencoba melaporkan kasusnya ke Mabes Polri, ia menghadapi kendala. Fifi mengaku dimintai bukti visum sebagai syarat untuk membuat laporan.
"Saya lapor dulu ke Mabes Polri. Saya bilang saya dipukulin. Saya tidak tahu orang tua, saya tidak punya identitas. Tapi orang Mabes malah nanyain, ‘Kamu dipukulin punya bukti enggak?’ Bukti apa, Pak? ‘Bukti visum,’” ujar Fifi.
Karena ketidaktahuannya mengenai prosedur visum, polisi tersebut menyatakan bahwa kasusnya telah kedaluwarsa.
"Saya kan enggak ngerti kalau ada saat itu visum tuh seperti itu. Saya bilang saya enggak ngerti, Pak. Akhirnya dia bilang kasusnya sudah kedaluwarsa karena sudah kelamaan," ucapnya.
Fifi mengungkapkan bahwa penyiksaan yang dialaminya semakin parah ketika ia dipindahkan ke Taman Safari Indonesia pada era 1980-an. Selain pukulan, ia juga mengaku pernah disetrum dan dipasung karena mencoba melarikan diri.
"Saya pikir hidup saya lebih baik di sana. Saya tidak dapat penyiksaan. Ternyata di Taman Safari saya lebih," ungkap Fifi sembari menangis.
"Lebih keras lagi saya dilatih. Saya dapat penyiksaan lagi, Pak. Sampai saya melarikan diri karena saya enggak tahan," sambung dia.
Pengakuan Fifi ini menyoroti dugaan kekerasan dan kurangnya perlindungan hukum bagi para pekerja sirkus pada masa lalu. Kisah Fifi menjadi pengingat akan pentingnya penegakan hukum dan perlindungan terhadap hak-hak individu, serta perlunya mekanisme yang lebih efektif untuk menangani kasus-kasus kekerasan yang terjadi di masa lalu.