Tugu Biawak Wonosobo: Karya Seniman Lokal Menginspirasi Kebanggaan Daerah

Di jantung Kabupaten Wonosobo, sebuah ikon baru telah lahir: Tugu Biawak di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto. Patung megah setinggi empat meter ini bukan sekadar hiasan jalan, melainkan manifestasi dedikasi seorang seniman lokal, Rejo Arianto, dalam menyumbangkan karyanya bagi kemajuan daerah.

Rejo Arianto, seorang alumni Fakultas Seni Rupa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, memilih kembali ke tanah kelahirannya untuk berkarya. Sosoknya dikenal luas di Wonosobo sebagai seniman lukis yang produktif. Bahkan, lukisan-lukisan karyanya banyak menghiasi kantor-kantor pemerintahan Kabupaten Wonosobo. "Semua lukisan di Pemkab Wonosobo adalah karya Mas Ari. Semua lukisan di Pendopo itu produknya Mas Ari," ungkap Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, mengapresiasi kontribusi Rejo.

Tugu Biawak merupakan proyek monumental ketiga bagi Rejo, sekaligus proyek pertama yang secara khusus dipesan oleh pemerintah daerah. Dalam proses pembuatannya, Rejo menunjukkan totalitas dan kecintaannya pada Wonosobo. Bersama enam orang pekerja, ia berhasil merampungkan patung tersebut dalam waktu yang relatif singkat, yaitu sekitar satu setengah bulan, dengan pengerjaan patungnya sendiri hanya memakan waktu satu minggu.

Patung Biawak ini berdiri kokoh di atas fondasi yang kuat, dirancang dengan detail yang sangat menyerupai biawak asli. Mulai dari tekstur kulit hingga ekspresi wajah, semuanya dikerjakan dengan cermat. Proyek ini didanai dengan anggaran sekitar 50 juta rupiah yang berasal dari program Corporate Social Responsibility (CSR) sejumlah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Wonosobo. Bagi Rejo, proyek ini bukan semata-mata tentang keuntungan materi, melainkan tentang kontribusi nyata bagi Wonosobo.

"Kalau untuk Wonosobo saya tidak bisa berhitung, ini sumbangsih saya untuk Ibu Pertiwi," ujar Rejo dengan penuh semangat.

Pemilihan biawak sebagai objek patung juga memiliki makna tersendiri. Biawak merupakan fauna endemik yang memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di wilayah Wonosobo. Melalui Tugu Biawak, Rejo ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati lokal.

Kehadiran Tugu Biawak disambut meriah oleh masyarakat dan warganet. Banyak yang takjub dengan detail dan realisme patung tersebut, hingga menjulukinya sebagai ikon baru Wonosobo. Rejo berharap karyanya ini dapat menginspirasi seniman-seniman lain, serta mendorong pemerintah daerah untuk lebih memberikan apresiasi terhadap seni dan seniman lokal.

Dengan talenta, dedikasi, dan kecintaannya terhadap seni serta daerah asal, Rejo Arianto telah menciptakan sebuah karya yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga sarat akan makna dan filosofi. Tugu Biawak kini menjadi simbol kebanggaan warga Wonosobo, membuktikan bahwa seni berkualitas dapat lahir dari tangan seniman lokal dengan dukungan penuh dari komunitas. "Semoga ke depannya banyak ikon-ikon lagi yang dibangun di Wonosobo sebagai pusat pariwisata," pungkas Rejo, berharap akan hadirnya lebih banyak karya seni yang membanggakan di Wonosobo.