Sektor Pariwisata Thailand Mengalami Penurunan Jumlah Wisatawan Tiongkok yang Signifikan
Sektor pariwisata Thailand tengah menghadapi tantangan serius akibat penurunan drastis jumlah wisatawan dari Tiongkok. Data terbaru menunjukkan penurunan yang mengkhawatirkan, mencapai titik terendah pada 16 April lalu. Penurunan ini memicu kekhawatiran mendalam di kalangan pelaku industri pariwisata Thailand, yang selama ini mengandalkan Tiongkok sebagai pasar utama.
Menurut laporan, jumlah wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Thailand pada tanggal tersebut hanya mencapai 5.833 orang. Angka ini jauh di bawah rata-rata harian sebelumnya yang berkisar antara 15.000 hingga 20.000 wisatawan. Kondisi ini memicu diskusi intensif mengenai strategi untuk mengatasi krisis yang sedang berlangsung.
Seorang eksekutif senior industri pariwisata yang enggan disebutkan namanya menggambarkan situasi ini sebagai "krisis pariwisata". Sementara itu, mantan Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand (TAT), Yuthasak Supasorn, menekankan pentingnya manajemen reputasi yang efektif, terutama melalui platform daring, untuk menjaga koneksi dengan pasar wisatawan terbesar Thailand.
Sisdivachr Cheewarattanaporn, ketua penasihat Asosiasi Agen Perjalanan Thailand (ATTA), menyatakan bahwa Thailand menghadapi krisis terburuk dalam beberapa tahun terakhir di pasar Tiongkok. Ia membandingkan situasi saat ini dengan penurunan tajam yang terjadi pada tahun 2018, pasca-insiden tenggelamnya kapal wisata di Phuket yang menewaskan puluhan orang.
Namun, Sisdivachr menambahkan bahwa situasi saat ini lebih kompleks karena dipengaruhi oleh beberapa faktor negatif. Salah satunya adalah dampak ekonomi dari tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan kebijakan pemerintah Tiongkok yang memprioritaskan perjalanan domestik.
Data dari Kementerian Pariwisata dan Olahraga menunjukkan bahwa hingga 20 April, jumlah kedatangan wisatawan Tiongkok mencapai 1,5 juta orang, diikuti oleh Malaysia dengan 1,4 juta orang dan Rusia dengan 835.385 orang.
Selama festival Songkran, jumlah kedatangan wisatawan Tiongkok sempat meningkat menjadi 16.000 orang per hari pada 11 April, namun tren ini tidak bertahan lama dan terus menurun setelahnya.
Sisdivachr menyoroti kontras yang mencolok dengan periode sebelum kasus penculikan aktor Tiongkok Wang Xing, ketika jumlah kedatangan harian dari Tiongkok jarang turun di bawah 15.000 orang.
Ia memperkirakan bahwa jika jumlah kedatangan harian pulih menjadi 10.000 hingga 15.000 orang untuk sisa tahun ini, total kedatangan dari Tiongkok hanya akan mencapai 4,2 juta hingga 5,5 juta orang. Angka ini jauh di bawah target pemerintah sebesar 7 juta orang dan juga lebih rendah dari 6,7 juta kedatangan pada tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19 melanda, Thailand berhasil menarik 11 juta wisatawan Tiongkok, yang berkontribusi pada rekor 40 juta kedatangan wisatawan asing secara keseluruhan.
Sisdivachr menjelaskan bahwa dengan prediksi ekonomi Tiongkok yang akan menghadapi tantangan akibat tarif AS, pemerintah Tiongkok meningkatkan upaya untuk mempromosikan pariwisata domestik melalui pengembangan infrastruktur dan atraksi baru di seluruh negeri.
Kebijakan ini, bersama dengan penawaran transit bebas visa selama 240 jam di Tiongkok, telah membantu memaksimalkan pasar internasional, termasuk wisatawan Thailand yang telah diberikan izin masuk bebas visa sejak tahun lalu.
Sebagai respons terhadap situasi ini, TAT sedang mempersiapkan serangkaian perjalanan sosialisasi dengan mengundang 600 agen perjalanan dan pemimpin opini utama dari lebih dari 30 provinsi di Tiongkok. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kunjungan rombongan wisata.
Sisdivachr meyakini bahwa upaya ini akan lebih efektif daripada tidak melakukan tindakan apa pun.
Yuthasak Supasorn, mantan gubernur TAT, mendesak pemerintah untuk segera menanggapi masalah keselamatan perjalanan dengan meningkatkan manajemen reputasi, serta memperkuat kemitraan daring dan luring di semua sektor.
Ia menekankan perlunya kampanye terpadu untuk menyoroti produk-produk unik Thailand, yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan daya tarik negara sebagai destinasi wisata, terutama untuk paket-paket khusus yang menargetkan pasar tertentu.
Yuthasak juga menambahkan bahwa kemitraan dengan maskapai penerbangan, perusahaan tur, agen perjalanan daring, serta hubungan erat dengan kedutaan besar, kantor perdagangan, dan lembaga budaya di Thailand tetap penting untuk membangun kembali kepercayaan di kalangan wisatawan.