Tugu Biawak di Wonosobo: Simbol Identitas dan Pelestarian Lingkungan
Di jantung Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, sebuah tugu unik berdiri tegak, menarik perhatian dan menyimpan makna mendalam bagi masyarakat setempat. Tugu Biawak, yang terletak di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, bukan sekadar hiasan, melainkan representasi filosofis dan historis yang kuat, serta simbol komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
Gagasan pembangunan Tugu Biawak lahir dari aspirasi masyarakat Desa Krasak yang ingin memiliki ikon yang mencerminkan identitas unik mereka. Biawak, atau yang akrab disapa "menyawak" oleh warga setempat, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan desa. Hewan ini bukan dianggap sebagai hama, melainkan sebagai bagian dari ekosistem yang harus dijaga.
"Biawak tidak merusak hasil pertanian dan aman bagi masyarakat. Kami ingin melestarikan bukan hanya satwanya, tetapi juga sejarah dan identitas desa ini," ujar Ahmad Gunawan Wibisono, Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto, menjelaskan motivasi di balik pembangunan tugu ini.
Lebih dari sekadar penghormatan terhadap fauna lokal, Tugu Biawak juga berfungsi sebagai pengingat akan sejarah panjang Desa Krasak. Desa ini menyimpan jejak pertempuran pada masa agresi militer Belanda dan diyakini sebagai lokasi berdirinya pesantren tertua di Jawa. Pemilihan biawak sebagai ikon diharapkan dapat merepresentasikan nilai-nilai lokal yang ingin diwariskan kepada generasi mendatang.
Proyek pembangunan Tugu Biawak merupakan hasil kolaborasi erat antara masyarakat, Karang Taruna, pemerintah daerah, dan seniman lokal, Rejo Arianto. Sebagai seniman yang bertanggung jawab atas visualisasi konsep ini, Rejo Arianto menekankan pentingnya menghadirkan jiwa dalam setiap karya seni.
"Karya seni itu harus punya roh. Sebagus apa pun bentuknya, kalau tidak punya jiwa, sama saja seperti tubuh tanpa nyawa," ungkap Rejo Arianto.
Proses pembangunan tugu ini memakan waktu sekitar satu setengah bulan dan dilakukan dengan anggaran yang terbatas. Meskipun demikian, hasil akhirnya mampu memancarkan filosofi yang mendalam dan kebanggaan bagi masyarakat Wonosobo.
Bupati Wonosobo memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini, menyatakan bahwa Tugu Biawak bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga simbol kolaborasi, gotong royong, dan kecintaan terhadap daerah Wonosobo.
"Awalnya diusulkan oleh karang taruna, terus kita realisasikan tapi tidak menggunakan anggaran pemerintah, itu menggunakan dana CSR dari BUMD," kata Bupati.
Tugu Biawak berdiri sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang. Sebuah simbol kebanggaan bagi masyarakat Wonosobo, yang mencerminkan identitas lokal dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.