Kinerja Keuangan Terpukul, Fast Food Indonesia (KFC) Alami Kerugian Signifikan di Tahun 2024

Emiten pengelola jaringan restoran cepat saji KFC di Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), melaporkan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan sepanjang tahun 2024. Perusahaan harus menanggung kerugian yang cukup besar, menandai penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, FAST mencatatkan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp 796,71 miliar. Angka ini menunjukkan lonjakan kerugian sebesar 91,67% dibandingkan dengan kerugian pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 415,64 miliar. Penurunan kinerja ini menjadi perhatian utama bagi para investor dan pemangku kepentingan perusahaan.

Penurunan pendapatan juga menjadi faktor yang mempengaruhi kerugian yang dialami oleh FAST. Tercatat pendapatan perusahaan sebesar Rp 4,87 triliun, mengalami penurunan sebesar 17,84% dibandingkan dengan pendapatan pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,93 triliun. Penurunan ini mengindikasikan adanya tantangan dalam mempertahankan atau meningkatkan penjualan di tengah kondisi pasar yang kompetitif.

Berikut rincian pendapatan FAST:

  • Makanan dan Minuman: Turun dari Rp 5,9 triliun menjadi Rp 4,85 triliun.
  • Komisi Penjualan Konsinyasi: Turun dari Rp 24 miliar menjadi Rp 19,57 miliar.
  • Jasa Layanan Antar: Turun dari Rp 2,73 miliar menjadi Rp 1,91 miliar.

Meskipun beban pokok pendapatan berhasil ditekan menjadi Rp 2,03 triliun dari Rp 2,26 triliun, laba kotor perusahaan tetap mengalami penurunan. Laba kotor tahun 2024 tercatat sebesar Rp 2,84 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan Rp 3,66 triliun pada tahun sebelumnya.

Dari sisi aset, FAST juga mengalami penurunan. Total aset perusahaan pada akhir tahun 2024 tercatat sebesar Rp 3,52 triliun, menurun dibandingkan dengan Rp 3,91 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara itu, liabilitas perusahaan mengalami peningkatan dari Rp 3,18 triliun menjadi Rp 3,4 triliun.

Perubahan signifikan juga terjadi pada sisi ekuitas perusahaan. Ekuitas FAST mengalami penurunan tajam dari Rp 723,87 miliar menjadi hanya Rp 127,73 miliar. Selain itu, kas dan setara kas perusahaan juga mengalami penurunan, dari Rp 208,85 miliar menjadi Rp 64,82 miliar pada akhir tahun 2024.

Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius bagi manajemen FAST. Perusahaan perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap strategi bisnis dan operasional untuk mengatasi tantangan yang ada dan memperbaiki kinerja keuangan di masa mendatang. Langkah-langkah strategis seperti inovasi produk, peningkatan efisiensi operasional, dan optimalisasi pemasaran perlu dipertimbangkan untuk mengembalikan profitabilitas perusahaan.