Program Makan Bergizi Gratis Diprediksi Dongkrak Ekonomi Desa, Dana Desa Berpotensi Melonjak

Presiden terpilih Prabowo Subianto meyakini bahwa program makan bergizi gratis (MBG) yang digagasnya akan memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di tingkat masyarakat desa. Menurutnya, sinergi antara program MBG dan alokasi dana desa yang sebesar Rp 1 miliar per desa per tahun akan menciptakan efek berganda yang positif.

"Dana desa akan kita pertahankan sebesar Rp 1 miliar per tahun. Dengan adanya program MBG ini, potensi peningkatan dana yang beredar di desa bisa mencapai Rp 5 miliar hingga Rp 8 miliar. Ini adalah lonjakan yang luar biasa, bisa mencapai 500% dalam satu tahun. Bayangkan, dari hanya Rp 1 miliar yang beredar, kini menjadi Rp 6 miliar di setiap desa," ujar Prabowo saat acara peluncuran Gerakan Menanam Indonesia (Gerina) baru-baru ini.

Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan bahwa motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi di desa adalah pembelian berbagai kebutuhan bahan pangan untuk program MBG yang berasal dari wilayah setempat. Hal ini akan menciptakan siklus ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.

"Setiap hari, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, Badan Gizi Nasional akan membeli telur, ayam, ikan, sayuran, dan berbagai produk pertanian lainnya dari desa. Dengan demikian, ekonomi desa dan kecamatan akan menjadi lebih hidup dan produktif," terangnya.

Selain dampak ekonomi, Prabowo juga menyoroti masalah kekurangan gizi yang masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa sekitar 25% penduduk Indonesia mengalami masalah kekurangan gizi. Oleh karena itu, program MBG menjadi salah satu upaya strategis untuk menekan angka tersebut.

"Kita ingin memastikan tidak ada anak Indonesia yang kelaparan. Kita ingin memastikan semua anak Indonesia tumbuh sehat dan optimal tanpa kekurangan gizi. Jumlah anak yang kekurangan gizi ini cukup besar, mencapai 25%. Artinya, dari empat anak Indonesia, satu di antaranya kurang gizi, dan tiga lainnya mungkin hanya pas-pasan," ungkapnya.

Prabowo membandingkan kondisi ini dengan negara-negara lain yang memiliki kondisi anak-anak yang lebih baik dalam hal tinggi badan dan pertumbuhan fisik. Ia mencontohkan negara-negara di Timur Tengah yang meskipun memiliki kondisi geografis yang kurang mendukung pertanian, namun mampu memberikan gizi yang cukup bagi anak-anaknya.

"Saya melihat di Timur Tengah, meskipun berada di gurun pasir yang sulit ditanami, namun rakyat dan anak-anaknya tumbuh tinggi dan besar," katanya.

Dalam implementasi program MBG, Prabowo menekankan bahwa penanganan gizi akan dilakukan secara komprehensif, mulai dari siswa sekolah hingga ibu hamil. Ia juga menepis anggapan negatif dari pihak-pihak yang meragukan efektivitas program MBG.

"Ada yang mengatakan bahwa pemberian gizi hanya penting bagi ibu hamil. Para pakar ini sepertinya kurang belajar dan membaca. Program MBG justru dimulai dari ibu hamil. Bahkan, mungkin Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki program pemberian makanan setiap hari kepada ibu hamil langsung di rumah mereka. Coba lihat, negara mana lagi yang punya program seperti ini?" pungkasnya.

Dengan adanya program MBG yang terintegrasi dengan dana desa, Prabowo optimis bahwa Indonesia dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.