Spekulasi Pengganti Takhta Suci: Empat Kardinal Potensial Setelah Wafatnya Paus Fransiskus

Meninggalnya Paus Fransiskus memicu antisipasi global terhadap konklaf, sebuah pertemuan sakral para kardinal untuk memilih Paus baru. Pertemuan ini akan menentukan pemimpin spiritual bagi 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Dewan Kardinal akan berkumpul di dalam Kapel Sistina, Vatikan, sebuah lokasi yang sarat dengan sejarah dan makna religius.

Proses konklaf akan berlangsung di bawah pengamanan ketat dari Garda Swiss, yang bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan acara tersebut. Selama konklaf berlangsung, para kardinal akan sepenuhnya terisolasi dari dunia luar. Semua bentuk komunikasi eksternal, termasuk telepon, internet, dan akses ke media, akan diputus untuk memastikan bahwa keputusan pemilihan dibuat tanpa pengaruh eksternal. Kapel Sistina juga dilengkapi dengan cerobong asap yang akan digunakan untuk memberi sinyal kepada dunia tentang hasil pemungutan suara.

Sebelum setiap putaran pemilihan, setiap kardinal pemilih akan menerima selembar kertas yang telah dicetak dengan kata-kata Latin Eligo in Summum Pontificem meum (Saya memilih Pemimpin Tertinggi saya). Para kardinal kemudian akan menuliskan nama kandidat pilihan mereka di kertas suara tersebut. Kertas suara yang telah diisi akan dilipat dan dimasukkan ke dalam piala khusus. Setelah semua kardinal memberikan suara, kertas suara akan dihitung dengan cermat. Untuk terpilih menjadi Paus, seorang kandidat harus memperoleh mayoritas dua pertiga dari total suara kardinal pemilih.

Apabila tidak ada kandidat yang berhasil mencapai ambang batas mayoritas dua pertiga pada putaran pertama, pemungutan suara akan diulang sampai ada kandidat yang meraihnya. Jika setelah tiga puluh putaran pemungutan suara masih belum menghasilkan Paus terpilih, pemilihan akan dibatasi pada dua kandidat dengan suara terbanyak dari putaran sebelumnya. Kedua kandidat ini tidak diperbolehkan untuk ikut memilih pada putaran-putaran selanjutnya.Proses ini dirancang untuk memastikan bahwa Paus terpilih memiliki dukungan yang kuat dari mayoritas kardinal.

Asap yang keluar dari cerobong Kapel Sistina menjadi simbol komunikasi publik yang penting. Asap hitam menandakan bahwa belum ada Paus yang terpilih, sementara asap putih menandakan bahwa mayoritas dua pertiga suara telah diraih dan Paus baru telah dipilih. Untuk menghasilkan asap putih, kertas suara dibakar dengan campuran kimia khusus. Setelah asap putih terlihat, lonceng Basilika Santo Petrus akan dibunyikan sebagai tanda sukacita. Seorang kardinal diakon kemudian akan tampil di balkon Basilika untuk mengumumkan Habemus Papam (Kita memiliki Paus) dan memperkenalkan Paus baru kepada dunia.

Beberapa nama telah muncul dalam spekulasi sebagai kandidat potensial untuk menggantikan Paus Fransiskus:

  • Pietro Parolin: Kardinal asal Italia berusia 70 tahun ini saat ini menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan, posisi yang membuatnya menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di Gereja Katolik.
  • Luis Antonio Gokim Tagle: Kardinal dari Filipina berusia 67 tahun ini saat ini menjabat sebagai Pro-Prefek Dikasteri untuk Evangelisasi. Ia dikenal karena ketajamannya dan kepeduliannya terhadap kaum miskin.
  • Fridolin Ambongo Besungu: Kardinal asal Kongo berusia 65 tahun ini adalah Uskup Agung Kinshasa. Dia dikenal karena keberaniannya dalam berbicara tentang isu-isu sosial dan politik di Afrika.
  • Peter Kodwo Appiah Turkson: Kardinal asal Ghana berusia 76 tahun ini sebelumnya menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Mempromosikan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Dia dikenal karena karyanya tentang keadilan sosial dan lingkungan.

Vatikan telah mengumumkan bahwa pemakaman Paus Fransiskus akan diadakan pada hari Sabtu, 26 April, di alun-alun depan Basilika Santo Petrus. Diperkirakan ribuan umat Katolik dan sejumlah pemimpin dunia akan hadir dalam upacara tersebut.

Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, telah mengirimkan delegasi yang terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan. Delegasi tersebut termasuk mantan Presiden Joko Widodo, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Natalius Pigai, dan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan. Langkah ini menunjukkan penghormatan Indonesia terhadap Paus Fransiskus dan komunitas Katolik global.

"Atas nama pemerintah Indonesia, Bapak Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk mengutus beberapa tokoh untuk ikut menghadiri acara pemakaman di Vatikan," kata Mensesneg Prasetyo Hadi kepada wartawan di kantor Kemensetneg, Jakarta Pusat, Rabu (23/4/2025).