Mbok Yem, Penjaja Kuliner Legendaris Puncak Lawu, Berpulang
Kabar duka menyelimuti para pendaki Gunung Lawu. Wakiyem, atau lebih dikenal dengan sapaan Mbok Yem, pemilik warung legendaris di puncak gunung tersebut, telah menghembuskan napas terakhirnya di usia 82 tahun. Kepergian Mbok Yem meninggalkan duka mendalam bagi komunitas pendaki dan relawan yang selama ini mengenalnya sebagai sosok yang ramah dan tangguh.
Mbok Yem, telah berjualan di Puncak Lawu selama puluhan tahun. Warungnya menjadi oase bagi para pendaki yang kelelahan setelah mendaki. Awalnya, ia menjajakan jamu tradisional, sebelum kemudian beralih menjual kopi panas yang sangat dibutuhkan untuk menghangatkan tubuh di tengah dinginnya udara pegunungan.
Salah seorang relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Budi, menceritakan bahwa ia pertama kali bertemu Mbok Yem sekitar tahun 1998. Saat itu, ia mendaki Lawu bersama orang tuanya dan mendapati Mbok Yem sudah berjualan di sana. Budi memperkirakan Mbok Yem mulai berjualan sekitar tahun 1980-an, awalnya mencari jamu, kemudian berjualan kopi, hingga akhirnya mendirikan warung.
Warung Mbok Yem menawarkan berbagai macam makanan dan minuman yang praktis dan mengenyangkan. Nasi pecel, soto, mi instan, dan berbagai minuman hangat menjadi menu andalan yang selalu dinanti para pendaki. Lokasinya yang berada di ketinggian membuat warung Mbok Yem menjadi tempat yang sangat istimewa bagi para pendaki untuk beristirahat dan menikmati pemandangan yang menakjubkan.
Selama tinggal di puncak Lawu, Mbok Yem mengandalkan genset sebagai sumber penerangan sebelum akhirnya mendapatkan bantuan panel surya sekitar tahun 2021. Panel surya ini sangat membantu Mbok Yem untuk menghemat biaya operasional dan mengurangi polusi suara yang dihasilkan oleh genset.
Budi juga menceritakan sebuah pengalaman uniknya dengan Mbok Yem. Suatu ketika, seorang tamunya digigit oleh monyet peliharaan Mbok Yem. Mbok Yem menawarkan uang sebagai ganti rugi, namun Budi dan tamunya menolak tawaran tersebut.
Menurut Nardi, seorang relawan Candi Cetho, Mbok Yem biasanya turun gunung saat Lebaran dan ketika ada hajatan. Ia akan kembali ke warungnya di puncak Lawu sekitar H+7 Lebaran. Kehadiran Mbok Yem selalu dinantikan oleh para pendaki yang sudah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga besar Gunung Lawu.
Kepergian Mbok Yem meninggalkan kenangan manis dan inspirasi bagi banyak orang. Semangatnya untuk terus berkarya dan melayani para pendaki di tengah segala keterbatasan patut diacungi jempol. Warisan Mbok Yem akan terus hidup dalam setiap langkah pendaki yang menjejakkan kaki di puncak Lawu.