Pemkot Yogyakarta Akselerasi Pengelolaan Sampah: 4.000 Ton Sampah Tidur Dipindahkan ke TPA Piyungan
Pemkot Yogyakarta Akselerasi Pengelolaan Sampah: 4.000 Ton Sampah Tidur Dipindahkan ke TPA Piyungan
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tengah gencar melakukan upaya percepatan pengelolaan sampah. Langkah signifikan diambil dengan memindahkan sebanyak 4.000 ton sampah menumpuk atau yang dikenal sebagai 'sampah tidur' dari berbagai depo sampah di kota menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan. Proses pemindahan ini dilakukan secara bertahap dan terencana, mengikuti kuota yang telah ditetapkan oleh Balai Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK). Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko, menjelaskan bahwa pengosongan depo sampah ini merupakan bagian dari komitmen Pemkot Yogyakarta dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
"Pengosongan depo sampah dilakukan secara bertahap, dimulai dari Depo Kotabaru, kemudian Depo Purawisata, dan saat ini tengah berlangsung di Depo Taman Sari. Selanjutnya, Depo Ngasem dan depo-depo lainnya yang berlokasi dekat objek wisata akan menyusul," terang Haryoko dalam keterangan resmi, Kamis (7/3/2025). Pemkot Yogyakarta memastikan proses pemindahan sampah ini dilakukan dengan tertib dan memperhatikan aspek keamanan lingkungan. Proses pengangkutan sampah ke TPA Piyungan dilakukan dengan pengawasan ketat untuk mencegah pencemaran lingkungan di sepanjang jalur transportasi.
Sementara itu, untuk sampah harian, Pemkot Yogyakarta mengandalkan empat Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) yang tersebar di sejumlah lokasi, yaitu Nitikan, Kranon, Karangmiri, dan Siti Mulyo. Masing-masing TPS 3R dilengkapi dengan mesin Gibrik dan RDF (Refuse Derived Fuel) yang memungkinkan pengolahan sampah yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Mesin RDF khususnya, berperan penting dalam mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif yang dimanfaatkan oleh industri semen, melalui kerjasama strategis antara Pemkot Yogyakarta dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Cilacap. Inovasi ini menjadi bukti komitmen Pemkot Yogyakarta dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah dan mengurangi ketergantungan terhadap TPA.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan. Beliau menegaskan bahwa depo sampah tidak boleh menjadi tempat penumpukan sampah dalam jangka waktu lama. "Depo sampah harus tetap terjaga kebersihannya. Sampah yang masuk ke depo harus segera diangkut ke TPA atau diolah dengan sistem yang lebih ramah lingkungan," tegas Wali Kota Hasto. Beliau juga menginstruksikan para petugas depo untuk selalu memastikan agar volume sampah terkontrol, mencegah penumpukan yang berpotensi menimbulkan masalah kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar. Wali Kota Hasto berharap agar upaya ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengelola sampah secara efektif dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, Haryoko menambahkan bahwa rencana penambahan incinerator masih dalam proses. Namun, Pemkot Yogyakarta optimis bahwa semua program pengelolaan sampah yang telah berjalan akan terus dioptimalkan untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Program ini mencakup pengelolaan sampah di sumbernya, pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif, serta optimalisasi fungsi TPA Regional Piyungan. Pemkot Yogyakarta berkomitmen untuk terus berinovasi dan meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah untuk mewujudkan kota yang bersih, sehat, dan lestari.
Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan Pemkot Yogyakarta dalam pengelolaan sampah:
- Pemindahan 4.000 ton sampah tidur ke TPA Piyungan secara bertahap.
- Pengosongan depo sampah di berbagai lokasi secara terjadwal.
- Pengoperasian 4 TPS 3R dengan teknologi mesin Gibrik dan RDF.
- Kerjasama dengan PT SBI Cilacap untuk pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar alternatif.
- Perencanaan penambahan incinerator.
- Peningkatan pengawasan dan pengendalian volume sampah di depo.