Ashanty Jalani Intermittent Fasting Ekstrem Demi Ujian S3: Pengalaman 120 Jam Tanpa Makanan Padat

Penyanyi sekaligus YouTuber, Ashanty, baru-baru ini membagikan pengalamannya menjalani intermittent fasting (IF) selama 120 jam atau lima hari penuh. Praktik ini dilakukannya bukan semata-mata untuk menurunkan berat badan, melainkan sebagai persiapan menghadapi ujian proposal disertasi untuk program doktoral (S3) yang sedang ditempuhnya di Universitas Airlangga.

Ashanty mengungkapkan bahwa puasa selama 120 jam tersebut bertujuan untuk menjernihkan pikiran dan meningkatkan fokus selama belajar. Selama periode tersebut, ia hanya mengonsumsi minuman tanpa kalori, seperti air putih, teh hijau tanpa gula, dan larutan air garam. Larutan air garam yang dikonsumsinya menggunakan garam Celtic, jenis garam laut yang dipanen secara tradisional. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan elektrolit tubuh.

"Minggu depan aku ujian proposal jadi mau belajar dalam keadaan benar-benar nggak diganggu. Aku mau lima hari otakku fresh karena kalau fasting bikin aku jadi berpikir jernih," ujar Ashanty dalam video yang diunggah di kanal YouTube-nya.

Rincian Puasa 120 Jam Ashanty

Ashanty memulai puasanya pada pukul 6 sore dan hanya minum selama lima hari ke depan. Setelah periode puasa berakhir, ia mengonsumsi makanan tinggi protein, terutama dada ayam panggang, untuk memulihkan energi tubuhnya.

Selama berpuasa, Ashanty memastikan asupan cairan yang cukup, yaitu sekitar 2 liter air putih per hari. Ia juga mengonsumsi teh hijau tanpa gula dan 500 ml larutan air garam. Ashanty menjelaskan bahwa ia memilih garam Celtic karena kandungan mineralnya yang lebih kaya dibandingkan garam dapur biasa, yang penting untuk menjaga keseimbangan elektrolit selama berpuasa.

Menurutnya, selama lima hari puasa tanpa makan atau water fasting, Ashanty mengaku tidak merasa lemas atau lapar. Sebab tubuh masih bisa menggunakan cadangan energi dari asupan makanan yang dia konsumsi sebelum menutup jendela makan.

Menu Buka Puasa Setelah 120 Jam Berpuasa

Setelah menahan diri selama lima hari, Ashanty akhirnya berbuka puasa pada pukul 12 siang. Ia menghindari makanan manis atau mengandung gula tinggi agar tidak terjadi lonjakan insulin yang signifikan.

Sebagai permulaan, Ashanty mengonsumsi ramuan herbal bernama "uteng", yang terbuat dari campuran ketumbar, lengkuas, serai, kunyit, dan jahe. Dalam tradisi Jawa, ramuan ini dipercaya dapat membantu pencernaan dan menyegarkan tubuh.

Setelah itu, ia melanjutkan dengan minum sebotol kaldu tulang yang kaya protein, diikuti dengan buah alpukat dan suplemen vitamin D3, vitamin K, dan omega-3. Tak ketinggalan, ia juga mengonsumsi acar lobak sebagai sumber probiotik alami.

Untuk makanan berat, Ashanty memilih tumisan tahu, tempe, dan dada ayam cincang dengan tiga butir telur kukus sebagai sumber protein. Ia juga mengonsumsi minuman dari campuran chia seed dan cuka apel.

Intermittent Fasting dan Autophagy

Intermittent fasting memicu proses biologis penting yang disebut autophagy atau mekanisme alami tubuh yang membantu membersihkan dan memperbaiki sel-sel dari dalam. Autophagy sendiri berarti 'memakan diri sendiri', adalah proses di mana sel-sel tubuh mendaur ulang komponen yang rusak atau tidak lagi berfungsi.

Proses ini membantu menjaga kesehatan sel dengan menghilangkan protein dan organel yang tidak diperlukan, serta menyediakan energi dan 'bahan bangunan' untuk sel-sel baru. Saat kita berpuasa, tubuh mengalami kekurangan asupan nutrisi, yang memicu sel-sel untuk mengaktifkan autophagy sebagai mekanisme bertahan hidup.

Manfaat kesehatan dari aktivasi autophagy:

  • Peningkatan fungsi metabolik
  • Peningkatan umur sel

Namun, Ashanty menekankan pentingnya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mencoba IF, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Pemeriksaan kesehatan menyeluruh juga disarankan untuk memastikan tubuh siap menjalani perubahan pola makan yang signifikan.