Puting Beliung Terjang Semarang, Warga Seloduwur Bersatu Padu Gelar Kerja Bakti Massal
Hujan deras disertai angin puting beliung menerjang Dusun Seloduwur, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Rabu (23/4/2025) sore. Akibatnya, puluhan rumah warga mengalami kerusakan, dimana sembilan diantaranya mengalami kerusakan yang cukup parah. Keesokan harinya, Kamis (24/4/2025), ratusan warga Seloduwur menggelar aksi kerja bakti massal untuk membersihkan puing-puing dan memperbaiki rumah-rumah yang terdampak bencana.
Aksi solidaritas ini tidak hanya melibatkan warga setempat, tetapi juga diramaikan oleh para relawan, warga dari dusun tetangga, serta anggota TNI dan Polri. Mereka bahu-membahu membersihkan material bangunan yang berserakan dan mulai melakukan perbaikan pada rumah-rumah warga yang terdampak. Suasana gotong royong begitu terasa, mencerminkan semangat kebersamaan yang kuat di tengah musibah.
Kepala Dusun Seloduwur, Isman, menjelaskan bahwa bencana alam seperti ini selalu menjadi momentum bagi seluruh warga untuk bersatu, tanpa memandang usia maupun pekerjaan. Bahkan, menurutnya, kejadian seperti ini bisa disebut sebagai "libur nasional tingkat dusun", dimana warga yang biasanya bekerja di kebun, bangunan, atau tempat lain, memilih untuk izin dan ikut serta dalam kerja bakti.
"Bisa dibilang kalau ada kejadian begini, ditetapkan menjadi hari libur nasional tingkat dusun. Karena yang biasa ke kebun tidak berangkat, yang bekerja di bangunan atau tempat lain, memilih izin dan berangkat kerja bakti," ungkap Isman.
Terlihat para pria mengangkut puing-puing dengan menggunakan mobil pikap, sementara para wanita memilah genteng yang masih bisa digunakan dan membersihkan area sekitar rumah. Semangat gotong royong dan solidaritas menjadi pemandangan yang mengharukan di tengah kerusakan yang melanda.
Kronologi Kejadian
Isman menceritakan, sebelum puting beliung menerjang, cuaca sudah mendung dan disertai gerimis. Tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh yang sangat keras, disusul dengan beterbangan genteng dan asbes dari atap rumah-rumah warga.
"Kejadiannya sangat cepat, setelah puting beliung hilang, langsung hujan deras," paparnya.
Ia menambahkan, meskipun tidak ada korban jiwa maupun luka-luka, kerusakan rumah cukup signifikan. Isman juga menyebutkan bahwa kejadian serupa sudah beberapa kali terjadi di wilayah tersebut.
"Puting beliung di sini memang beberapa kali terjadi, terakhir pada Desember 2024 satu rumah milik Supardi rusak. Kalau yang paling parah itu puting beliung pada 1972," lanjutnya.
Salah seorang warga yang rumahnya rusak, Suroso, mengaku sedang berada di rumah saat angin menerjang. Ia menuturkan bahwa suara angin sangat keras, bahkan pintu rumahnya sampai rusak dan terlepas. Semua yang ada di atap rumahnya pun beterbangan.
Beberapa warga lain yang rumahnya mengalami kerusakan akibat puting beliung antara lain Supardi, Sutarjo Turut, Sujono, Suratemi, Juwandi, Budi, Ana Riwayanti, dan Pardi. Pemerintah Kabupaten Semarang telah memberikan bantuan kepada warga yang terdampak bencana ini.