Google Pertimbangkan Pemutusan Hubungan Kerja Bagi Karyawan yang Menolak Kembali ke Kantor

Lima tahun pasca pandemi Covid-19, Google mengambil langkah tegas terkait kebijakan kerja jarak jauh. Raksasa teknologi ini mengisyaratkan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan yang menolak kembali bekerja di kantor.

Perubahan kebijakan ini terungkap dalam laporan CNBC, yang menyebutkan bahwa beberapa divisi di Google telah menyampaikan ultimatum kepada karyawan yang sebelumnya bekerja penuh dari rumah. Mereka kini diwajibkan untuk menerapkan sistem kerja hybrid, yaitu bekerja di kantor minimal tiga hari dalam seminggu, atau menghadapi risiko kehilangan pekerjaan.

Kebijakan ini dipicu oleh upaya efisiensi biaya dan peningkatan investasi di bidang kecerdasan buatan (AI). Persaingan yang semakin ketat di industri AI memaksa Google untuk mengalokasikan sumber daya yang signifikan, baik dalam bentuk infrastruktur maupun sumber daya manusia. Setelah PHK massal pada awal 2023, Google terus merampingkan tim dan mempercepat inovasi di bidang AI.

Pada awal tahun 2025, Google juga menawarkan program pengunduran diri sukarela kepada karyawan tetap di Amerika Serikat. Bagi karyawan yang bekerja jarak jauh dan tidak bersedia kembali ke kantor, program ini menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia.

Juru bicara Google, Courtenay Mencini, menjelaskan bahwa penerapan kebijakan ini bervariasi antar tim. Ia menekankan pentingnya kolaborasi tatap muka dalam proses inovasi dan pemecahan masalah yang kompleks. “Seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, kolaborasi langsung merupakan bagian penting dalam proses inovasi dan penyelesaian masalah kompleks,” ujar Mencini.

Divisi Google Technical Services menjadi salah satu yang paling terdampak oleh kebijakan ini. Karyawan yang bekerja jarak jauh di divisi ini diwajibkan untuk beralih ke sistem kerja hybrid atau mengundurkan diri secara sukarela. Bagi karyawan yang memilih untuk tetap bekerja, Google menawarkan bantuan biaya relokasi untuk pindah ke lokasi dalam radius 80 kilometer dari kantor.

Sementara itu, karyawan di bagian SDM yang tinggal dalam jarak 80 km dari kantor harus mengikuti sistem kerja hybrid paling lambat bulan Juni. Jika tidak, posisi mereka akan dihapus. Karyawan yang tinggal lebih jauh dari 80 km dan telah disetujui untuk bekerja jarak jauh dapat melanjutkan pengaturan tersebut. Namun, jika mereka ingin pindah ke posisi lain di dalam perusahaan, mereka harus bersedia bekerja hybrid.

Langkah ini juga sejalan dengan penggabungan unit Android dan perangkat keras (hardware) di bawah kepemimpinan Rick Osterloh. Dalam pernyataannya pada Januari lalu, Osterloh menyatakan bahwa program pengunduran diri sukarela dapat menjadi solusi bagi karyawan yang kesulitan beradaptasi dengan sistem kerja hybrid.

Google menegaskan bahwa program ini tidak berarti perusahaan menghentikan perekrutan. Menurut Mencini, Google tetap membuka lowongan pekerjaan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

Jumlah karyawan Google tercatat sebanyak 183.000 orang pada akhir 2024, turun dari sekitar 190.000 orang dua tahun sebelumnya.

Berikut adalah poin penting dari perubahan kebijakan Google:

  • Karyawan yang menolak kembali ke kantor berpotensi menghadapi PHK.
  • Kebijakan ini dipicu oleh upaya efisiensi biaya dan investasi di bidang AI.
  • Google menawarkan program pengunduran diri sukarela bagi karyawan yang tidak bersedia kembali ke kantor.
  • Kebijakan ini tidak berlaku secara seragam di seluruh divisi.
  • Google tetap membuka lowongan pekerjaan meskipun memberlakukan kebijakan baru ini.