Boeing Didera Masalah Bertubi-tubi: Perang Dagang AS-China Memperburuk Kondisi
Boeing Didera Masalah Bertubi-tubi: Perang Dagang AS-China Memperburuk Kondisi
Perusahaan manufaktur pesawat terbang asal Amerika Serikat, Boeing, tengah menghadapi serangkaian tantangan berat yang semakin kompleks dalam beberapa tahun terakhir. Situasi ini diperburuk oleh eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, yang berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan dan prospek bisnis perusahaan.
Analis industri memperingatkan bahwa kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh kedua negara dapat meningkatkan biaya produksi pesawat Boeing secara signifikan. Ketergantungan Boeing pada rantai pasokan global, di mana sekitar 80% komponen pesawatnya berasal dari luar negeri, membuatnya rentan terhadap fluktuasi harga dan hambatan perdagangan yang diakibatkan oleh tarif. Kenaikan biaya produksi ini dapat menggerus margin keuntungan Boeing dan mengurangi daya saingnya di pasar global.
Dampak Perang Dagang Terhadap Penjualan Boeing di China
China merupakan pasar yang sangat penting bagi Boeing. Proyeksi menunjukkan bahwa maskapai penerbangan China akan membutuhkan ribuan pesawat baru dalam beberapa dekade mendatang. Namun, perang dagang telah menyebabkan penurunan tajam dalam pesanan pesawat Boeing dari pelanggan China. Beberapa maskapai penerbangan China bahkan dilaporkan telah mengembalikan pesawat yang sudah dipesan ke Boeing sebagai akibat dari tarif impor yang tinggi. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi pesaing utama Boeing, Airbus, yang berasal dari Eropa dan tidak terkena dampak langsung dari perang dagang antara AS dan China.
Berikut rincian penurunan order pesawat Boeing dari China:
- 2017-2018: Pelanggan China memesan 122 pesawat Boeing.
- Sejak 2019: Boeing belum menerima satu pun pesanan jet penumpang dari maskapai penerbangan China.
Masalah Internal Boeing Semakin Memperburuk Kondisi
Selain dampak perang dagang, Boeing juga tengah berjuang mengatasi masalah internal yang serius. Serangkaian kecelakaan fatal dan insiden keselamatan yang melibatkan pesawat Boeing telah menimbulkan keraguan tentang standar kualitas dan kontrol keselamatan perusahaan. Hal ini menyebabkan penundaan pengiriman pesawat, pembatalan pesanan, dan denda dari regulator penerbangan.
Berikut daftar beberapa masalah internal yang dialami Boeing:
- Kegagalan kontrol keselamatan dan kualitas.
- Aksi mogok kerja yang mengganggu produksi.
- Penurunan permintaan pesawat selama pandemi COVID-19.
Kombinasi dari masalah eksternal dan internal ini telah memberikan pukulan berat bagi keuangan Boeing. Perusahaan belum melaporkan laba setahun penuh sejak 2018 dan telah mengalami kerugian operasional gabungan yang signifikan. Boeing perlu mengambil langkah-langkah drastis untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan memulihkan kepercayaan pelanggan serta investor.
Upaya Boeing Mengatasi Krisis
Meskipun menghadapi tantangan yang berat, Boeing terus berupaya untuk mengatasi krisis yang melanda perusahaan. Manajemen Boeing telah melakukan dialog dengan pemerintah AS untuk mencari solusi terhadap masalah tarif dan ketegangan perdagangan. Boeing juga sedang meningkatkan kontrol kualitas dan prosedur keselamatan untuk memastikan bahwa pesawatnya memenuhi standar tertinggi. Selain itu, Boeing berinvestasi dalam teknologi baru dan inovasi untuk mengembangkan pesawat yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Keberhasilan Boeing dalam mengatasi krisis ini akan sangat penting bagi masa depan perusahaan dan industri penerbangan secara keseluruhan. Boeing perlu memulihkan kepercayaan pelanggan dan investor, meningkatkan kinerja operasional, dan beradaptasi dengan perubahan lanskap geopolitik dan ekonomi global.