TNI Klarifikasi Kehadiran Personel di Diskusi Kampus, Bantah Tuduhan Memata-matai
Polemik kehadiran anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam sebuah diskusi mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, menuai beragam reaksi. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen Kristomei Sianturi, memberikan klarifikasi terkait hal tersebut. Ia membantah tuduhan bahwa kehadiran personel TNI tersebut bertujuan untuk memata-matai kegiatan mahasiswa.
Brigjen Kristomei menegaskan bahwa TNI senantiasa menjalin kerjasama dengan kalangan mahasiswa. Ia mencontohkan berbagai kegiatan kolaboratif, seperti pelatihan TNI di Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam program kompi pertanian, serta kerjasama dalam pengembangan teknologi radar, drone, dan persenjataan. Ia juga menekankan bahwa TNI seringkali diminta oleh pihak kampus untuk memberikan pelatihan bela negara dan wawasan kebangsaan.
"Terus masalahnya di mana? Kemudian, kami juga diminta, ingat ya, kami juga diminta untuk melatih bela negara, wawasan kebangsaan yang meminta siapa? Kampus," tegasnya.
Lebih lanjut, Kristomei menjelaskan bahwa kehadiran Babinsa (Bintara Pembina Desa) dalam acara diskusi mahasiswa tersebut merupakan bagian dari tugas monitoring wilayah, bukan untuk mengintimidasi atau mencari informasi rahasia. Ia menguraikan bahwa Babinsa memiliki tanggung jawab untuk memantau kondisi wilayah, termasuk mendata potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam situasi darurat atau perang gerilya.
"Babinsa di situ bertugas tidak untuk memata-matai atau tidak untuk mengitimidasi kegiatan kampus. Tugas Babinsa adalah memonitoring wilayah, sehingga dia bisa menyiapkan kantong-kantong perlawanan apabila terjadi perang semesta, perang gerilya atau perang berlarut," jelasnya.
Kristomei menyayangkan adanya narasi yang seolah-olah membenturkan TNI dengan mahasiswa. Ia mempertanyakan motif di balik narasi tersebut, dan menduga adanya upaya untuk mendeligitimasi pemerintah dengan cara merusak hubungan antara TNI dan mahasiswa. Menurutnya, hal ini dapat melemahkan sistem pertahanan rakyat semesta (hankamrata) yang menjadi fondasi pertahanan negara.
Menanggapi undangan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) kepada anggota TNI untuk berdiskusi dalam malam konsolidasi mahasiswa, Kristomei berharap agar narasi yang berkembang tidak diputarbalikkan. Ia mengkhawatirkan bahwa kegiatan silaturahmi dan diskusi antara TNI dan mahasiswa akan disalahartikan sebagai tindakan memata-matai.
"Menurut saya narasi miring tadi harus diluruskan bersama bahwa cuma ngobrol dibilang memata-matai, besok-besok kita makan di Kampus UI saja dibilang memata-matai. Kayak saya jemput anak kuliah dibilang memata-matai, ya jangan lah," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Rektor I UIN Walisongo Semarang, Mukhsin Jamil, menyatakan keterkejutannya atas kehadiran anggota TNI yang mendata peserta diskusi mahasiswa. Namun, ia tidak mempermasalahkan kehadiran TNI dalam diskusi asalkan bertujuan untuk berdiskusi, bukan untuk mengintimidasi. Ia juga mempertanyakan urgensi pendataan mahasiswa dan mempersoalkan tema diskusi yang membahas tentang militerisme.