Gelombang Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis Mencuat, Pemerintah Diminta Lakukan Evaluasi Menyeluruh

Rentetan Insiden Keracunan Massal Warnai Program Makan Bergizi Gratis

Tahun 2025 diwarnai dengan serangkaian kasus keracunan yang menimpa siswa sekolah dasar dan menengah pertama (SD/SMP) di berbagai daerah, diduga terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Insiden-insiden ini memicu kekhawatiran publik dan sorotan dari berbagai pihak, termasuk anggota parlemen.

Kasus-kasus keracunan ini tersebar di berbagai wilayah, dari Cianjur di Jawa Barat hingga Bombana di Sulawesi Tenggara. Skala kejadian pun bervariasi, mulai dari belasan hingga puluhan siswa yang mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan yang disediakan dalam program MBG. Bahkan, kasus di Cianjur sempat ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat banyaknya siswa yang terdampak.

Lokasi dan Detail Kejadian Keracunan Massal

Berikut adalah daftar beberapa sekolah yang mengalami insiden keracunan massal terkait program MBG:

  • MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur: Puluhan siswa mengalami gejala keracunan, mendorong penetapan status KLB oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur.
  • SDN 33 Bombana: Belasan siswa mengalami muntah dan sakit perut setelah mengonsumsi ayam tepung yang diduga telah basi.
  • SDN Proyonanggan 5 Batang: Puluhan siswa mengalami mual dan sakit perut usai mengonsumsi makanan program MBG.
  • SD Katolik Andaluri, Waingapu: Puluhan siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan program MBG yang dikeluhkan terasa basi.
  • SDN 2 Alaswangi, Pandeglang: Puluhan siswa mengalami keracunan massal usai mengkonsumsi menu MBG, bahkan ada yang membutuhkan penanganan medis di Puskesmas.
  • SDN 3 Dukuh, Sukoharjo: Puluhan siswa mengalami pusing hingga muntah setelah mengonsumsi MBG dengan dugaan penyebab adalah ayam yang kurang matang.

Dugaan Penyebab dan Respons Pihak Terkait

Berbagai dugaan penyebab muncul terkait insiden keracunan ini. Di SDN 33 Bombana, misalnya, siswa mengeluhkan bau busuk dari tempat penyajian makanan. Sementara itu, di SDN 3 Dukuh, Sukoharjo, penyebab keracunan diduga berasal dari ayam yang kurang matang. Beberapa siswa di SD Katolik Andaluri, Waingapu, bahkan mengeluhkan rasa basi pada makanan yang mereka konsumsi.

Pihak sekolah dan dinas kesehatan setempat telah mengambil langkah-langkah untuk menangani para siswa yang mengalami keracunan. Beberapa sekolah juga menghentikan sementara penyediaan makanan program MBG untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut. Polisi juga turun tangan untuk melakukan investigasi terkait penyebab pasti dari insiden-insiden ini.

DPR Minta Evaluasi Menyeluruh dan Pengawasan Ketat

Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani, menyoroti serius rentetan insiden keracunan dalam program MBG. Ia mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan program, mulai dari hulu hingga hilir. Netty menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap standar operasional program MBG, termasuk penyediaan, pengolahan, dan distribusi makanan, guna memastikan kualitas makanan yang dikonsumsi siswa terjamin.

Netty juga menyoroti kasus penggelapan dana dalam pengadaan program MBG di Kalibata, Jakarta. Menurutnya, insiden ini menunjukkan adanya masalah dalam tata kelola program yang perlu segera dibenahi. Ia mengingatkan bahwa tujuan mulia dari program MBG, yaitu meningkatkan gizi siswa, tidak akan tercapai jika kualitas makanan tidak menjadi prioritas utama dan pengawasan tidak dilakukan secara cermat.

Anggota DPR tersebut juga mengatakan bahwa pengawasan terhadap keseluruhan standar operasional harus dilakukan dengan cermat agar bantuan pemerintah tidak berubah menjadi musibah.