Serangan di Kashmir: Meningkatnya Kekhawatiran Keamanan dan Dampaknya Terhadap Pariwisata
Tragedi kembali melanda Kashmir yang dikelola India, dengan serangan mematikan yang menewaskan sedikitnya 26 orang dan melukai 17 lainnya. Insiden ini terjadi di kawasan wisata populer Baisaran, dekat Pahalgam di distrik Anantnag, memicu kekhawatiran mendalam tentang keamanan di wilayah tersebut dan dampaknya terhadap sektor pariwisata yang sedang berkembang.
Menurut saksi mata, kelompok bersenjata yang mengenakan seragam mirip militer menyerbu kawasan padang rumput pada Selasa sore, menargetkan wisatawan yang sebagian besar berasal dari India. Serangan ini, yang diklaim oleh kelompok The Resistance Front (TRF), menandai insiden paling mematikan yang menargetkan warga sipil sejak serangan teror Mumbai tahun 2008, sehingga meningkatkan ketegangan antara India dan Pakistan.
Reaksi dan Tindakan Pemerintah
Menyusul serangan itu, Perdana Menteri Narendra Modi mengadakan pertemuan darurat dengan para pejabat keamanan tinggi untuk membahas respons dan merencanakan tindakan selanjutnya. Modi menegaskan kembali tekad India untuk memerangi terorisme dan menjanjikan keadilan bagi para pelaku. Menteri Dalam Negeri Amit Shah juga mengunjungi lokasi kejadian dan bertemu dengan keluarga korban.
Pemerintah India telah meningkatkan keamanan di seluruh Kashmir, menutup sekolah, memblokade jalan, dan mengerahkan puluhan ribu pasukan keamanan untuk berpatroli di wilayah tersebut. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah serangan lebih lanjut dan memberikan rasa aman kepada penduduk setempat dan wisatawan.
Dampak Terhadap Pariwisata dan Ekonomi
Serangan di Pahalgam ini menimbulkan pukulan telak bagi sektor pariwisata Kashmir, yang merupakan sumber pendapatan utama dan bagian integral dari upaya pemerintah untuk menormalkan wilayah tersebut. Padang rumput Baisaran, yang dikenal sebagai "Swiss Mini", merupakan tujuan populer bagi wisatawan domestik dan internasional.
Ketua Menteri Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah, mengungkapkan keterkejutannya atas serangan itu, menggambarkannya sebagai tindakan keji terhadap warga sipil. Insiden ini telah memicu kekhawatiran tentang keamanan wisatawan, terutama menjelang ziarah Hindu Amarnath Yatra yang dijadwalkan pada bulan Juli, yang diperkirakan akan menarik ribuan peziarah ke distrik Anantnag.
Klaim dan Kontroversi
TRF, yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, merupakan kelompok yang oleh India diklaim berafiliasi dengan kelompok militan Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan. TRF menggambarkan dirinya sebagai kelompok separatis Kashmir yang dibentuk setelah New Delhi mencabut status semi-otonomi Jammu dan Kashmir pada tahun 2019.
Langkah India untuk mencabut status khusus Kashmir dan membagi wilayah tersebut menjadi dua wilayah persatuan telah memicu ketegangan dengan Pakistan dan memicu kekhawatiran di antara mayoritas Muslim Kashmir, yang takut akan marginalisasi di bawah agenda nasionalis Hindu dari Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan PM Modi.
Perspektif dan Analisis
Rudha Kumar, seorang mantan juru bicara Kashmir dan spesialis perdamaian dan konflik, berpendapat bahwa serangan di Pahalgam menargetkan laki-laki Hindu dan mengingatkan pada serangan teror Mumbai tahun 2008. Dia menekankan perlunya respons India yang tegas dan menjadi penghalang bagi kelompok radikal bersenjata dan pendukung mereka di Pakistan.
A.K. Suri, mantan Kepala Kepolisian wilayah Jammu dan Kashmir, mengatakan bahwa serangan itu merupakan kemunduran bagi paradigma keamanan New Delhi di Kashmir dan membayangi narasi pemerintah tentang pemulihan keadaan normal dan pariwisata yang berkembang pesat.
Tanggapan Internasional
Pakistan telah membantah mendukung atau mendanai kelompok militan di Kashmir, bersikeras bahwa mereka hanya menawarkan dukungan moral dan diplomatik. Seorang juru bicara kementerian luar negeri Pakistan menyatakan keprihatinannya atas hilangnya nyawa dalam insiden itu.
Serangan di Kashmir terjadi di tengah kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, ke India, yang menurut A.K. Suri merupakan tindakan yang disengaja untuk mengganggu narasi Kashmir India dan menandakan pengaruh Pakistan yang berkelanjutan terhadap militansi Kashmir.
Tantangan ke Depan
Pemerintah India menghadapi tekanan yang meningkat untuk memperkuat keamanan dan meyakinkan para wisatawan, tanpa meningkatkan konflik yang lebih luas dengan Pakistan. Rahul Gandhi, pemimpin oposisi dari Kongres Nasional India, mengkritik Partai BJP karena membuat klaim palsu tentang situasi yang normal di Jammu dan Kashmir dan menyerukan tindakan konkret untuk mencegah kekerasan di masa depan.
Serangan di Kashmir merupakan pengingat yang menyakitkan tentang tantangan keamanan yang terus berlanjut dan kerentanan wilayah tersebut terhadap kekerasan. Insiden ini menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas strategi keamanan pemerintah dan dampaknya terhadap stabilitas dan kemakmuran jangka panjang Kashmir.