Tugu Biawak Wonosobo: Simbol Kolaborasi dan Pelestarian Alam yang Viral
Ikon Baru Wonosobo: Kisah di Balik Tugu Biawak yang Menghebohkan
Wonosobo kembali mencuri perhatian dengan hadirnya sebuah ikon baru yang unik dan menarik, Tugu Biawak. Patung biawak raksasa ini berdiri megah di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dan warganet. Lebih dari sekadar karya seni, Tugu Biawak menjadi simbol kolaborasi, identitas lokal, dan pelestarian lingkungan.
Inspirasi dari Habitat Lokal
Gagasan awal pembangunan Tugu Biawak lahir dari inisiatif karang taruna Desa Krasak. Mereka melihat potensi biawak, atau yang akrab disebut menyawak oleh masyarakat setempat, sebagai identitas yang kuat. Biawak merupakan hewan endemik yang mendiami wilayah tersebut dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Ide ini kemudian mendapat dukungan penuh dari Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, yang memberikan mandat kepada seniman lokal, Rejo Arianto, untuk mewujudkannya.
Sentuhan Magis Seniman Lokal
Rejo Arianto, seorang seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, adalah sosok di balik detail realistis Tugu Biawak. Dengan sentuhan seni yang khas, Rejo berhasil menghidupkan patung biawak setinggi 7 meter ini. Proses pengerjaan memakan waktu sekitar 1,5 bulan, dilakukan dengan penuh dedikasi sebelum dan selama bulan Ramadhan. Rejo dibantu oleh enam orang lainnya dalam merealisasikan proyek ini. Keahlian Rejo dalam seni lukis juga diakui, dimana karya-karyanya menghiasi berbagai instansi pemerintah di Wonosobo.
Anggaran Terbatas, Dampak Tak Terbatas
Salah satu hal yang membuat Tugu Biawak semakin istimewa adalah anggaran pembangunannya yang relatif kecil, sekitar Rp 50 juta. Dana tersebut berasal dari program Corporate Social Responsibility (CSR) beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Wonosobo. Angka ini jauh berbeda dengan anggaran pembangunan tugu-tugu lain di berbagai daerah yang seringkali mencapai miliaran rupiah. Keberhasilan Rejo dan timnya dalam menciptakan karya seni yang monumental dengan anggaran terbatas menjadi inspirasi bagi banyak pihak.
Lebih dari Sekadar Landmark
Tugu Biawak tidak hanya menjadi landmark baru bagi Desa Krasak, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang signifikan. Banyak pengendara yang sengaja berhenti untuk berfoto dengan latar belakang patung biawak raksasa ini. Kehadirannya juga memicu kebanggaan warga setempat, yang merasa memiliki identitas baru yang unik dan menarik. Selain itu, Tugu Biawak menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan menghargai keberagaman hayati yang ada di sekitar kita.
Viral di Media Sosial
Keunikan Tugu Biawak membuatnya viral di media sosial. Banyak warganet yang terkagum-kagum dengan detail realistis patung ini, bahkan ada yang mengira bahwa itu adalah biawak sungguhan. Pujian demi pujian mengalir atas kreativitas dan dedikasi masyarakat Desa Krasak dalam menciptakan karya seni yang monumental. Tugu Biawak menjadi bukti bahwa dengan kolaborasi, semangat gotong royong, dan sentuhan seni, sebuah desa kecil mampu menciptakan ikon yang mendunia.
Pelajaran dari Wonosobo
Kisah Tugu Biawak Wonosobo memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan seniman lokal dalam mengangkat potensi daerah. Dengan anggaran yang terbatas, sebuah ide sederhana dapat diwujudkan menjadi karya seni yang monumental dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Tugu Biawak menjadi simbol kebanggaan, identitas lokal, dan pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Lebih dari itu, Tugu Biawak menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk berani berkreasi dan menciptakan ikon-ikon baru yang mencerminkan identitas dan potensi masing-masing.