Tiongkok Tanggapi Sinyal Pelunakan Tarif dari AS dengan Hati-Hati

Tiongkok Merespons Sinyal Penurunan Tarif dari AS dengan Sikap Waspada

Sinyal yang diberikan Presiden AS, Donald Trump, mengenai potensi penurunan tarif impor barang dari Tiongkok, telah direspons dengan hati-hati oleh pemerintah Tiongkok. Meskipun membuka peluang bagi perbaikan hubungan dagang, Beijing menekankan pentingnya tindakan nyata dan menyeluruh, bukan sekadar pernyataan yang tidak konsisten.

Juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok, He Yadong, mengutip pepatah bijak yang menekankan tanggung jawab pihak yang memulai konflik untuk mengakhirinya. Pernyataan ini secara implisit menunjuk AS sebagai pihak yang pertama kali memicu perang tarif, dan karenanya, memiliki kewajiban untuk mengambil langkah konkret dalam meredakan ketegangan.

Senada dengan itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, menegaskan bahwa belum ada konsultasi atau negosiasi formal antara kedua negara terkait isu tarif. Ia menampik adanya kesepakatan apapun yang telah dicapai, sehingga memperkuat sikap hati-hati Tiongkok terhadap pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh pihak AS.

Seorang pakar ekonomi Tiongkok yang juga penasihat pemerintah, Wang Yiwei, berpendapat bahwa pernyataan Trump bisa jadi merupakan upaya untuk menenangkan pasar di tengah tekanan domestik yang meningkat. Ia menilai bahwa setelah serangkaian pesan yang saling bertentangan, pejabat Tiongkok tidak lagi sepenuhnya mempercayai retorika Trump.

Wang Yiwei, yang menjabat sebagai Direktur Institut Urusan Internasional di Universitas Renmin Beijing, mengkritik inkonsistensi Trump dalam kebijakan tarif. Ia menyoroti bahwa perubahan sikap Trump terjadi setelah pertemuan dengan para eksekutif dari perusahaan ritel besar AS seperti Walmart, Target, Home Depot, dan Lowe's. Perusahaan-perusahaan ini menyuarakan kekhawatiran mereka tentang dampak ekonomi yang meningkat dari kebijakan tarif dan ketidakpastian yang ditimbulkannya terhadap pasar keuangan.

Kunjungan Presiden Xi Jinping ke negara-negara Asia Tenggara baru-baru ini juga dipandang sebagai upaya untuk memperkuat posisi Tiongkok sebagai mitra politik dan ekonomi yang stabil di tengah ketidakpastian global. Meski demikian, sebagian analis berpendapat bahwa negosiasi dengan AS tetap penting untuk menjaga stabilitas ekonomi Tiongkok.

Di media sosial Tiongkok, berita tentang potensi pelunakan tarif oleh Trump menuai berbagai reaksi, termasuk sindiran dan kebanggaan nasional. Tagar "Trump takut" bahkan menjadi trending topic di platform Weibo, menunjukkan sentimen publik yang beragam terhadap isu ini.

Berikut adalah poin-poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Tiongkok meminta AS untuk menghapus semua tarif yang telah ditetapkan.
  • Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan China dan AS belum terlibat konsultasi atau negosiasi apapun mengenai tarif.
  • Pakar ekonomi China yang juga menjadi penasihat pemerintah menyebut pernyataan Trump adalah salah satu cara untuk menenangkan pasar.
  • Perubahan Trump yang tiba-tiba terhadap China terjadi sehari setelah pertemuan pribadi dengan kepala eksekutif empat perusahaan ritel besar AS
  • Di media sosial Tiongkok, berita tentang potensi pelunakan tarif oleh Trump menuai berbagai reaksi, termasuk sindiran dan kebanggaan nasional.

Reaksi Tiongkok terhadap sinyal pelunakan tarif dari AS menunjukkan sikap yang hati-hati dan terukur. Beijing tampaknya menunggu bukti konkret dari perubahan kebijakan AS sebelum sepenuhnya menyambut baik prospek perbaikan hubungan dagang. Kedepannya, penting untuk mengamati apakah AS akan mengambil langkah nyata dalam menghapus atau mengurangi tarif, serta bagaimana kedua negara akan melanjutkan dialog untuk menyelesaikan sengketa dagang yang telah berlangsung lama.