Hyundai Tegaskan Operasional HLI Berjalan Normal Meski LG Absen dari Proyek Baterai Nasional
Jakarta - Mundurnya LG Energy Solution (LGES) dari proyek ambisius ekosistem baterai kendaraan listrik nasional tidak akan mempengaruhi operasional PT Hyundai LG Industri (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat. Hal ini ditegaskan oleh Kepala Strategi Perusahaan Hyundai Motors Indonesia (HMID), Hendry Pratama, Kamis (24/4/2025).
HLI Green Power, yang merupakan perusahaan patungan antara Hyundai dan LG, saat ini fokus pada produksi sel baterai. Hendry menegaskan bahwa operasional HLI tetap berjalan seperti biasa dan tidak terpengaruh oleh keputusan LGES untuk tidak bergabung dalam konsorsium Titan.
"Terkait berita LG, kami sendiri untuk LG dan Hyundai sudah memiliki joint venture yang bernama HLI dan hari ini memproduksi bateri cell dan sekarang sudah berjalan sejak Juli 2024," ujar Hendry.
"Maka berita ini tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI di Indonesia karena HLI sendiri bisa sourcing dari lokasi-lokasi lain, dari pihak-pihak lain," lanjutnya.
Ketidakikutsertaan LGES hanya terbatas pada konsorsium Titan, sebuah proyek yang bertujuan untuk membangun ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir. Proyek Titan mencakup berbagai tahapan, mulai dari pertambangan nikel hingga produksi sel baterai, dan berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Proyek ini mencakup:
- Bijih nikel
- Feronikel
- Mixed Hydroxide Precipitate (MHP)
- Nikel sulfat
- Prekursor
- Prekursor katoda
- Sel baterai
Saat ini, HLI memproduksi battery cell pack yang digunakan oleh PT Hyundai Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) untuk perakitan kendaraan, terutama Hyundai Kona. Hendry menekankan bahwa produksi dan pasokan baterai untuk Kona tetap berjalan normal.
"Sampai saat ini HLI membroduksi baterai cell pack yang digunakan oleh PT HMMI untuk di assemble ke unit kami terutama Hyundai Kona. Sampai sekarang masih beroperasi seperti biasa," ucap Hendry.
Hendry juga menyoroti tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) Kona yang mencapai sekitar 85 persen, berkat penggunaan battery cell produksi Indonesia.
Pada fase pertama, HLI telah menginvestasikan 1,1 miliar dollar AS dengan kapasitas produksi 10 gigawatt/hour (GWh), yang setara dengan 32,6 juta sel baterai dan mampu mendukung produksi sekitar 150.000 kendaraan listrik. Perusahaan berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20 GWh pada fase kedua, yang ditargetkan terealisasi pada tahun ini.
"Kita mengikuti demand dari NMC (Nickel Manganese Cobalt) Kona ya. Kalau demand-nya makin tinggi kan berarti produksinya harus meningkat juga. Nah ketika produksi meningkat, kebutuhan kami juga meningkat. Nah itu kami harapkan supaya hilirisasi benar-benar terjadi," pungkas Hendry, menekankan pentingnya hilirisasi untuk mendukung pertumbuhan industri kendaraan listrik di Indonesia.