Penurunan Mbok Yem dari Gunung Lawu: Kisah Perjuangan dan Ketahanan Seorang Pedagang di Lereng Gunung

Penurunan Mbok Yem dari Gunung Lawu: Kisah Perjuangan dan Ketahanan Seorang Pedagang di Lereng Gunung

Wakiyem, yang lebih dikenal sebagai Mbok Yem, pemilik warung tunggal di puncak Gunung Lawu, terpaksa meninggalkan posisinya di ketinggian pada awal bulan Maret 2025. Kondisi kesehatannya yang memburuk memaksanya untuk melakukan perjalanan turun gunung yang berat, dibantu oleh enam orang relawan dan pendamping. Tradisi tahunan Mbok Yem turun gunung biasanya dilakukan menjelang Lebaran, namun penurunan kali ini dilakukan lebih awal akibat penurunan kondisi kesehatannya yang sudah dirasakan sejak Februari 2025. Menurut keterangan Muh. Arbain, Humas RSU Aisyiyah, Mbok Yem biasanya hanya turun gunung dua kali setahun, namun seiring bertambahnya usia, ia hanya turun sekali setahun menjelang Hari Raya. Namun, kondisi kesehatan yang melemah memaksa penurunan lebih cepat dari jadwal yang biasanya.

Penjelasan lebih lanjut dari pihak rumah sakit mengungkap keyakinan pribadi Mbok Yem terkait Gunung Lawu. Hanya kondisi sakit yang memaksa wanita paruh baya ini meninggalkan pos dagangnya di ketinggian. Esa Adi Prasetya, salah satu pendamping Mbok Yem dalam perjalanan turun gunung, menjelaskan proses evakuasi yang melibatkan relawan dari organisasi Pecinta Gunung Lawu (PGL). Keenam orang yang bergantian memanggul Mbok Yem memulai perjalanan dari warungnya di Hargo Dalem, Gunung Lawu, melalui jalur Cemorosewu. Perjalanan yang melelahkan ini dimulai pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.00 WIB di base camp Cemoro Sewu.

Gejala yang dialami Mbok Yem meliputi kelemahan fisik, badan lemas, dan pembengkakan pada kaki yang diduga disebabkan oleh asam urat. Meskipun menjalani perawatan di rumah sakit, warung Mbok Yem tetap beroperasi seperti biasa, menunjukkan dedikasi dan semangatnya yang tinggi dalam menjalankan usaha di tempat yang menantang tersebut. Kisah Mbok Yem bukan hanya sekadar catatan medis, tetapi juga refleksi atas keuletan dan ketahanan hidup di lingkungan yang ekstrem. Perjuangannya turun gunung, dibantu oleh para relawan, menunjukkan semangat gotong royong dan kepedulian masyarakat sekitar terhadap sesama. Keberadaan warung Mbok Yem di Gunung Lawu merupakan bagian integral dari cerita perjalanan dan kehidupan di sekitar gunung tersebut, memberikan layanan bagi para pendaki dan pengunjung. Kisah Mbok Yem merupakan perpaduan antara kepercayaan pribadi, ketahanan fisik, dan semangat kebersamaan yang patut dihargai dan dipelajari.

Kondisi kesehatan Mbok Yem yang menurun sejak Februari 2025 menjadi pemicu utama penurunan lebih awal dari jadwal rutin. Enam orang relawan dan pendamping membantu Mbok Yem turun gunung dari Hargo Dalem via jalur Cemorosewu. Perjalanan turun gunung berlangsung selama tiga jam, dari pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB. Meskipun dirawat di rumah sakit, warung Mbok Yem tetap beroperasi seperti biasa. *Mbok Yem memiliki keyakinan pribadi terkait Gunung Lawu, sehingga ia enggan turun gunung kecuali dalam kondisi sakit.