Wapres Ma'ruf Amin Tekankan Keamanan Pangan dalam Program Makanan Bergizi Gratis di Pesantren

Wakil Presiden ke-13 Republik Indonesia, Ma'ruf Amin, menyoroti pentingnya keamanan pangan dalam implementasi program makanan bergizi gratis (MBG) yang menyasar pondok pesantren. Beliau menekankan bahwa program ini, selain harus memenuhi standar gizi yang memadai, juga wajib terbebas dari risiko keracunan makanan.

Kekhawatiran ini muncul menyusul serangkaian laporan kasus keracunan makanan yang diduga terkait dengan program MBG, termasuk insiden terbaru yang menimpa puluhan siswa di Cianjur, Jawa Barat. "Kita harapkan selain bergizi, itu juga aman dari kemungkinan adanya keracunan," ujar Ma'ruf Amin di UPT Asrama Haji Jakarta, Jakarta Timur, pada Kamis (24/4/2025).

Ma'ruf Amin mengingatkan bahwa tujuan mulia dari program MBG, yaitu meningkatkan status gizi anak-anak, tidak boleh justru berbalik menjadi ancaman kesehatan. Beliau juga memberikan masukan agar menu MBG yang disajikan mempertimbangkan preferensi rasa anak-anak, sehingga mereka lebih berselera untuk mengonsumsinya. "Kemudian selera juga menjadi perhatian. Kalau bergizi, aman, sehat, tetapi tidak memenuhi selera, nanti tidak dimakan," imbuhnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, setidaknya tercatat tujuh kasus dugaan keracunan makanan yang berkaitan dengan program MBG di berbagai daerah. Kasus di Cianjur menjadi perhatian khusus, di mana 78 siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami gejala mual, muntah, dan diare pada Senin (21/4/2025). Dinas Kesehatan Cianjur bahkan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk menangani kasus ini secara terkoordinasi dan komprehensif.

Menanggapi kejadian ini, anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, mendesak agar dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG. Ia menilai bahwa berulangnya kasus keracunan mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam implementasi program di lapangan. "Ini adalah kejadian yang sangat memprihatinkan, terlebih karena program MBG sejatinya bertujuan mulia, yaitu meningkatkan gizi anak-anak sekolah dan menekan angka stunting," kata Nurhadi, Rabu (23/4/2025).

Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyatakan bahwa kasus-kasus keracunan ini akan menjadi bahan evaluasi penting untuk perbaikan sistem pelaksanaan MBG di masa mendatang. "Kejadian ini sebagai pembelajaran besar untuk perbaikan sistem (pelaksanaan MBG) ke depan," kata Dadan dalam keterangan persnya, Rabu (23/4/2025).

Beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam evaluasi program MBG:

  • Keamanan Pangan: Memastikan sumber bahan baku yang aman dan berkualitas, serta proses pengolahan dan penyajian makanan yang higienis.
  • Pengawasan: Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan program MBG di lapangan, termasuk pemeriksaan kualitas makanan secara berkala.
  • Pelatihan: Memberikan pelatihan kepada petugas yang terlibat dalam program MBG mengenai keamanan pangan dan gizi.
  • Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi program MBG.
  • Evaluasi Menu: Melakukan evaluasi menu secara berkala untuk memastikan bahwa menu tersebut memenuhi kebutuhan gizi anak-anak dan sesuai dengan selera mereka.

Diharapkan dengan evaluasi yang komprehensif dan perbaikan sistem yang berkelanjutan, program MBG dapat berjalan efektif dan memberikan manfaat yang optimal bagi kesehatan dan gizi anak-anak di seluruh Indonesia.