Tagar #ChineseManufacturer di TikTok Picu Dugaan Propaganda Perang Dagang

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kini menemukan arena baru di platform media sosial TikTok. Gelombang video yang menggunakan tagar #chinesemanufacturer telah memicu perdebatan sengit dan dugaan propaganda tersembunyi.

Fenomena ini bermula dari ribuan video yang beredar luas, menampilkan kreator konten yang mengidentifikasi berbagai produsen yang mereka klaim berbasis di China. Yang mengejutkan, merek-merek mewah Eropa seperti Hermes, Louis Vuitton, dan Prada ikut terseret dalam pusaran ini. Video-video tersebut menuding bahwa produk-produk mewah ini, yang dijual dengan harga selangit, sebenarnya diproduksi di China.

Salah satu pemicu utama tren ini diduga berasal dari akun TikTok bernama Wang Seng. Dalam sebuah video yang viral, Seng mengklaim bahwa "80 persen tas mewah di dunia dibuat di China." Meskipun video tersebut telah dihapus, jejaknya masih beredar luas di platform tersebut melalui akun-akun lain. Seng bahkan menuduh banyak merek mewah hanya melakukan pengemasan ulang produk yang hampir jadi di negara asalnya, sebelum menempelkan logo mereka.

Klaim Seng, yang mengaku bekerja di produsen peralatan asli (OEM) yang memproduksi barang untuk merek lain, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli. Inga Trauthig, seorang profesor keamanan siber dari Florida State University, memperingatkan bahwa video-video tersebut berpotensi menyebarkan narasi tertentu secara sistematis. Salah satu narasi yang mencolok adalah klaim bahwa China memiliki rantai pasokan terbaik di dunia.

Trauthig mengungkapkan kecurigaannya terhadap beberapa akun yang mempromosikan konten serupa. Banyak dari akun-akun ini tergolong baru, memiliki sedikit pengikut, dan hanya mengunggah satu atau dua video. Selain itu, pengikut mereka sering kali tidak memiliki foto profil, menggunakan nama acak, dan mengunggah konten yang tidak biasa.

Kondisi ini memunculkan spekulasi bahwa akun-akun tersebut mungkin merupakan bagian dari kampanye propaganda yang terkoordinasi. Trauthig juga menyoroti bahwa cacat pada kualitas video atau audio dapat menjadi indikasi lain bahwa video-video tersebut mungkin merupakan bagian dari upaya propaganda yang lebih besar.

Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), berpendapat bahwa jika klaim dalam konten #chinesemanufacturer terbukti benar, maka China sedang membuka "rahasia dapur" industri manufaktur global. Menurut Bhima, strategi ini dapat efektif karena perilaku konsumen saat ini lebih fokus pada kualitas daripada sekadar merek. Konsumen kelas menengah semakin cerdas dan mencari nilai terbaik untuk uang mereka.

Berikut adalah beberapa poin yang menjadi perhatian:

  • Dampak pada Merek Mewah: Jika terbukti bahwa merek mewah mengandalkan manufaktur China secara signifikan, hal ini dapat merusak citra eksklusif dan nilai merek mereka.
  • Perubahan Perilaku Konsumen: Tren ini dapat mempercepat pergeseran perilaku konsumen, dengan fokus yang lebih besar pada kualitas dan transparansi rantai pasokan.
  • Implikasi Geopolitik: Perang dagang AS-China terus berkembang, dan penggunaan media sosial sebagai medan pertempuran baru dapat memperburuk ketegangan.

Kampanye tagar #chinesemanufacturer di TikTok ini menyoroti kompleksitas dan dimensi baru dari perang dagang global, yang tidak hanya terbatas pada tarif dan kebijakan perdagangan, tetapi juga merambah ke persepsi publik dan lanskap media sosial.