Analis Ungkap Faktor Pemicu Penurunan Saham Bank Nasional, Sentimen Global Jadi Sorotan

Fenomena penurunan harga saham perbankan nasional yang sempat terjadi beberapa waktu lalu menjadi perhatian serius di kalangan pelaku pasar modal. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, memberikan analisis mendalam terkait faktor-faktor yang memicu tren negatif tersebut.

Pada tanggal 8 April 2025, data dari RTI menunjukkan adanya koreksi pada saham-saham bank besar. Saham BBCA mengalami penurunan sebesar 8,53% menjadi Rp 7.775. Penurunan juga dialami oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 10,12% ke level Rp 3.640, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 4,95% menjadi Rp 4.030, serta saham PT Bank Mandiri yang turun 10,19% menjadi Rp 4.670.

Jahja Setiaatmadja menjelaskan bahwa salah satu pemicu utama pelemahan saham perbankan adalah sentimen global yang dipicu oleh kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump. Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan memicu aksi jual saham secara massal.

"Saat libur Lebaran, ada kejutan dari Trump yang tiba-tiba mengumumkan tarif tambahan bagi negara-negara yang dianggap merugikan Amerika. Indonesia terkena tarif 32%," ujar Jahja dalam sebuah paparan kinerja perusahaan.

Reaksi pasar terhadap kebijakan ini sangat cepat. Investor cenderung menjual saham mereka sebagai respons terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan Trump. Menurut Jahja, mentalitas investor yang cenderung menjual saham saat mendengar kabar yang tidak pasti merupakan faktor penting yang mempercepat penurunan harga saham perbankan.

"Ketika investor mendengar kabar yang tidak pasti, naluri mereka adalah untuk menjual saham terlebih dahulu. Mentalitas ini memang sering terjadi dalam situasi seperti ini," tambahnya.

Meski demikian, Jahja tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang saham perbankan. Ia meyakini bahwa saham-saham dengan fundamental yang kuat akan mampu pulih setelah mencapai titik terendah. Keyakinan ini didasarkan pada kinerja perbankan nasional yang secara umum masih solid dan mampu menghadapi tantangan ekonomi global.

Para analis pasar modal juga sependapat bahwa penurunan saham perbankan bersifat sementara dan lebih disebabkan oleh sentimen negatif eksternal. Mereka merekomendasikan investor untuk tetap tenang dan tidak panik menjual saham, terutama saham-saham perbankan dengan fundamental yang kuat. Dalam jangka panjang, saham perbankan tetap menjadi investasi yang menarik dengan potensi pertumbuhan yang signifikan.

Analisis Tambahan:

Penurunan saham perbankan pada 8 April 2025 dipicu oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi kebijakan tarif impor AS dan ketidakpastian ekonomi global. Faktor internal meliputi sentimen investor yang cenderung panik saat menghadapi berita negatif. Namun, fundamental perbankan nasional yang kuat memberikan keyakinan bahwa saham perbankan akan pulih dalam jangka panjang.

Dampak Kebijakan Tarif Impor AS:

Kebijakan tarif impor AS yang menyasar sejumlah negara, termasuk Indonesia, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang global. Hal ini berdampak negatif pada sentimen investor dan memicu aksi jual saham di berbagai sektor, termasuk perbankan. Investor khawatir bahwa perang dagang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global dan mengurangi laba perusahaan.

Peran Sentimen Investor:

Sentimen investor memainkan peran penting dalam pergerakan harga saham. Ketika investor merasa khawatir atau tidak pasti, mereka cenderung menjual saham mereka, yang dapat menyebabkan penurunan harga saham. Dalam kasus penurunan saham perbankan pada 8 April 2025, sentimen investor yang panik akibat kebijakan tarif impor AS memperburuk situasi.

Fundamental Perbankan Nasional:

Meski menghadapi tekanan eksternal dan sentimen negatif investor, fundamental perbankan nasional tetap kuat. Bank-bank di Indonesia memiliki modal yang cukup, kualitas aset yang baik, dan kemampuan menghasilkan laba yang solid. Hal ini memberikan keyakinan bahwa saham perbankan akan mampu pulih dalam jangka panjang.

Rekomendasi Investasi:

Para analis pasar modal merekomendasikan investor untuk tetap tenang dan tidak panik menjual saham, terutama saham-saham perbankan dengan fundamental yang kuat. Dalam jangka panjang, saham perbankan tetap menjadi investasi yang menarik dengan potensi pertumbuhan yang signifikan. Investor dapat memanfaatkan momentum penurunan harga saham untuk membeli saham-saham perbankan dengan harga yang lebih murah.