Meninggalnya Paus Fransiskus Memicu Spekulasi tentang Kandidat Paus dari Afrika
Wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun, bertepatan dengan Senin Paskah, telah menyentakkan umat Katolik di seluruh dunia. Sosok yang dikenal sebagai "Paus untuk semua kalangan" ini meninggalkan warisan kepemimpinan selama 12 tahun yang diwarnai dengan kesederhanaan dan fokus pada isu-isu kemanusiaan.
Di benua Afrika, khususnya di negara-negara dengan populasi Katolik yang signifikan seperti Nigeria, kepergian Paus Fransiskus dirasakan sangat mendalam. Banyak umat Katolik Afrika merasa dekat dengan Paus Fransiskus, meskipun ia berasal dari Argentina, karena pendekatannya yang inklusif dan perhatiannya terhadap masalah-masalah global. Meninggalnya Paus Fransiskus memicu perbincangan mengenai siapa yang akan menggantikannya.
Kini, perhatian tertuju pada proses pemilihan Paus baru, atau yang disebut Konklaf, yang akan melibatkan 135 kardinal senior dari seluruh dunia. Meninggalnya Paus Fransiskus, membuka peluang untuk mengangkat seorang pemimpin dari Afrika. Benua ini mengalami pertumbuhan pesat dalam jumlah umat Katolik, mencapai 20% dari total populasi Katolik global. Hal ini mendorong seruan agar Paus berikutnya berasal dari Afrika, sebuah benua yang telah lama terpinggirkan dalam hierarki kepemimpinan Gereja Katolik.
Kandidat Potensial dari Afrika
Meskipun proses Konklaf bersifat rahasia dan terbuka bagi semua kandidat, beberapa nama dari Afrika telah muncul sebagai calon potensial:
- Kardinal Peter Turkson (Ghana): Uskup Agung Cape Coast yang berpengalaman dan mantan Presiden Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. Kardinal Turkson dikenal karena karismanya, komitmennya terhadap perdamaian, dan perhatiannya terhadap isu-isu sosial.
- Kardinal Fridolin Ambongo Besungu (Republik Demokratik Kongo): Uskup Agung Kinshasa dan pemimpin Waligereja Afrika dan Madagaskar (SECAM). Kardinal Ambongo Besungu dikenal sebagai sosok yang dinamis dan memiliki pandangan yang kuat tentang isu-isu keadilan sosial dan lingkungan.
Tantangan dan Pertimbangan
Namun, ada beberapa tantangan dan pertimbangan yang mungkin mempengaruhi peluang kedua kardinal ini:
- Usia: Kardinal Turkson berusia 76 tahun, yang mungkin dianggap terlalu tua oleh sebagian kardinal. Sementara Kardinal Ambongo Besungu berusia 65 tahun, yang mungkin dianggap terlalu muda oleh sebagian pihak.
- Isu-isu sosial: Kardinal Ambongo Besungu dikenal karena pandangan konservatifnya tentang isu-isu seperti homoseksualitas, yang mungkin tidak sejalan dengan pandangan progresif sebagian kardinal lainnya.
- Skandal pelecehan seksual: Gereja Katolik masih menghadapi tantangan besar dalam menangani kasus pelecehan seksual, dan para kardinal akan berhati-hati dalam memilih kandidat yang dianggap mampu mengatasi masalah ini secara efektif.
Harapan dan Realitas
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, banyak umat Katolik di Afrika berharap bahwa Paus berikutnya akan berasal dari benua mereka. Mereka percaya bahwa seorang Paus Afrika akan lebih memahami tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Gereja Katolik di Afrika dan akan mampu memimpin Gereja menuju masa depan yang lebih inklusif dan adil. Apakah harapan ini akan menjadi kenyataan, hanya waktu yang akan menjawab.
Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Republik Demokratik Kongo (CENCO), Donatien Nshole, menekankan bahwa pemilihan Paus bukanlah kompetisi mengenai kuota, rotasi, atau ras. Ia percaya bahwa yang terpenting adalah memilih Paus yang menjadi gembala sejati, terlepas dari asal-usulnya.