Trump Ancam Kenakan Tarif Baru dalam Hitungan Minggu Bagi Negara Gagal Capai Kesepakatan Dagang

Pemerintahan Trump Pertimbangkan Penerapan Tarif Baru untuk Dorong Negosiasi Dagang

Pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan kemungkinan penerapan tarif impor baru dalam beberapa minggu mendatang. Kebijakan ini ditujukan kepada negara-negara mitra dagang yang dianggap gagal mencapai kesepakatan negosiasi dengan Amerika Serikat. Pengumuman ini mengindikasikan potensi perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan AS dan dapat memicu ketegangan baru di antara mitra dagang utama.

Trump menekankan bahwa langkah ini diambil untuk mendorong negara-negara lain agar bersedia bernegosiasi secara serius dengan Amerika Serikat. Ia mengklaim bahwa banyak negara telah menyatakan minat untuk bernegosiasi ulang perjanjian perdagangan dengan AS, tetapi jika negosiasi tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan, maka tarif akan diberlakukan sebagai bentuk tekanan.

Trump menyatakan bahwa sekitar 90 hingga 100 negara telah menawarkan diri untuk menegosiasikan tarif impor yang dikenakan AS. Besaran tarif impor dari Trump tertinggi mencapai 50%, kecuali China yang terkena 145%.

Detail spesifik mengenai bagaimana tarif baru ini akan diimplementasikan masih belum jelas. Belum diketahui apakah tarif ini akan bersifat permanen atau hanya sementara selama proses negosiasi berlangsung. Ketidakjelasan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku bisnis dan investor, yang khawatir akan dampaknya terhadap rantai pasokan global dan pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, Trump sempat menangguhkan sementara pemberlakuan tarif impor mulai 9 April selama 90 hari. Saat ini, AS memberlakukan tarif universal sebesar 10% untuk hampir semua barang impor, dengan tarif yang lebih tinggi untuk barang-barang tertentu.

Sikap Trump yang tidak konsisten terkait tarif telah menciptakan ketidakpastian besar bagi bisnis dan konsumen. Hal ini juga berdampak negatif pada pasar keuangan, menyebabkan penurunan nilai saham dan aset AS. Meskipun pasar telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan, indeks saham S&P 500 masih mengalami kerugian signifikan sejak mencapai rekor tertinggi pada pertengahan Februari.

Kebijakan perdagangan Trump yang fluktuatif dan seringkali tidak terduga telah menjadi sumber kekhawatiran bagi para ekonom dan analis perdagangan. Mereka memperingatkan bahwa perang tarif dapat merusak ekonomi global dan menghambat pertumbuhan perdagangan internasional. Dampak jangka panjang dari kebijakan ini masih belum dapat dipastikan, tetapi banyak pihak meyakini bahwa hal itu akan berdampak negatif pada stabilitas ekonomi global.