Pulau Tidung, Surga Uang Receh di Tengah Laut: Kisah Unik Transaksi Keuangan di Kepulauan Seribu

Di tengah gugusan Kepulauan Seribu, tersembunyi sebuah pulau dengan kisah unik tentang transaksi keuangan. Pulau Tidung, salah satu dari lima pulau yang dilayani oleh Teras BRI Kapal, menawarkan pemandangan yang berbeda dari pulau-pulau wisata lainnya.

Pada Kamis, 10 April, layanan rutin Teras BRI Kapal hadir di Pulau Tidung, tepat setelah perayaan Idul Fitri. Sejak pagi, kapal telah bersandar, melayani nasabah yang ingin melakukan setoran tunai, pelunasan pinjaman, atau membuka rekening baru. Namun, yang paling menarik perhatian adalah fenomena setoran tunai yang didominasi oleh uang receh.

Salah satu nasabah, Abu Bakar (41), seorang pemadam kebakaran yang memiliki usaha warung, datang bersama putrinya, Labika (4). Ia membawa sekantong plastik hitam berisi uang tunai sebesar Rp 9,6 juta dalam berbagai pecahan. "Ini hasil omzet setelah Lebaran, bisa mencapai Rp 5-6 juta dalam dua hari. Kebanyakan wisatawan membeli air mineral," ujarnya sambil menyerahkan uang tersebut kepada teller.

Teller Teras BRI Kapal, Rifqi Zulhimi (23), dengan sigap menghitung uang receh yang dibawa Abu Bakar. Ia memeriksa kelayakan uang tersebut dan menghitungnya beberapa kali dengan mesin hitung. Abu Bakar mengaku telah menjadi nasabah BRI selama setahun terakhir. Kemudahan yang ia dapatkan membuatnya semakin yakin dengan pilihannya. Ia dapat dengan mudah melakukan setoran tunai setiap minggu dengan nominal yang besar, tanpa perlu khawatir tentang perjalanan panjang ke daratan atau risiko pencurian.

Selain Abu Bakar, seorang wirausaha bernama Charisma juga terlihat membawa sejumlah besar uang. Pria berdarah Minang ini membawa gepokan uang dengan pecahan lengkap dari Rp 1.000 hingga Rp 100.000 yang diikat dengan karet. Totalnya mencapai Rp 18 juta. "Kalau uang receh, enak setor ke BRI karena ada teras kapal. Kalau setor tunai di ATM lain, tidak bisa receh," jelasnya.

Charisma bercerita bahwa uang-uang tersebut merupakan hasil dari usaha yang ia buka di rumah. Ia mengumpulkan uang receh sesuai nominal setiap hari, sehingga saat tiba di kapal terapung, setoran dapat dilakukan dengan lebih cepat. Bahkan, pada sore hari, Charisma kembali lagi ke kapal untuk melakukan setoran kedua, masih dengan uang receh.

"Hari ini total recehan saja sampai Rp 40 juta, semua nominal ada," ungkap Rifqi. Bersama Costumer Service (CS) Andi Nursha'ban (25), uang-uang receh tersebut dihitung dengan cepat. Sebelum memasukkan uang ke mesin hitung, mereka memisahkan uang yang bagus dengan uang yang lusuh. "Uang yang lusuh dihitung manual. Masih bisa kita terima asalkan nomor serinya masih terlihat," jelasnya.

Rifqi menambahkan bahwa nasabah telah diedukasi tentang pemisahan uang. Selain memisahkan nominal, uang-uang tersebut juga harus diikat dengan karet. "Mereka sudah diedukasi untuk mengikat uang dengan karet, karena jika menggunakan steples, uangnya akan rusak," ujarnya.

Pada hari itu, total setoran dari Pulau Tidung mencapai Rp 550 juta. Tentu saja, pekerjaan ini melelahkan. Namun, para petugas tetap bersemangat melayani nasabah. Rifqi dan Andri mengaku bahwa pecahan Rp 2.000 adalah yang paling lama dihitung karena kondisinya yang seringkali lusuh dan ditempeli selotip. Namun, dengan kepiawaian mereka, setoran Rp 18 juta dalam bentuk recehan dapat dihitung dalam waktu sekitar 10 menit.

"Hanya Pulau Tidung yang setoran menggunakan uang receh. Pulau lain tidak ada," pungkas Rifqi. Layanan Teras BRI Kapal di Kepulauan Seribu tutup pada pukul 17.00 WIB. Namun, tak jarang mereka harus menyelesaikan administrasi hingga waktu maghrib karena banyaknya antrean setoran.