Keong Sawah Purwokerto: Kuliner Ramadan yang Laris Manis

Keong Sawah Purwokerto: Kuliner Ramadan yang Laris Manis

Selama bulan Ramadan, kuliner khas Purwokerto, keong sawah, mengalami peningkatan permintaan yang signifikan. Camilan lezat ini menjadi primadona takjil dan bahkan mampu terjual hingga 100 kilogram per hari, melonjak drastis dibandingkan hari biasa yang hanya mencapai 10 kilogram. Fenomena ini menunjukkan daya tarik kuliner lokal yang mampu bertahan dan bahkan semakin diminati di tengah beragamnya pilihan menu berbuka puasa.

Chamlani (65), salah satu pedagang keong sawah di kompleks Kauman Lama Purwokerto, telah berjualan sejak tahun 1995. Ia mengungkapkan bahwa omzet penjualannya meningkat sepuluh kali lipat selama Ramadan. Selain keong sawah, Chamlani juga menjual berbagai takjil lainnya, namun menu keong sawah tetap menjadi andalan dan menjadi daya tarik utama pelanggannya. Satu kilogram keong sawah dijual dengan harga Rp 50.000, namun pembeli juga dapat membeli dalam porsi kecil, 3 ons seharga Rp 15.000.

Keong sawah yang digunakan Chamlani berasal dari wilayah Bobotsari, Purbalingga. Ia menekankan perbedaan antara keong sawah dan keong mas, menyamakannya dengan perbedaan ayam kampung dan ayam sayur; keong sawah dianggap memiliki cita rasa yang lebih gurih dan lezat. Proses pembuatannya pun cukup panjang dan membutuhkan ketelitian. Chamlani memulai memasak sejak pukul 05.00 WIB dan baru selesai sekitar pukul 15.00 WIB, karena untuk memasak 100 kilogram keong sawah membutuhkan waktu dan proses yang terbagi dalam tiga tahap. Rahasia kelezatan keong sawah racikan Chamlani terletak pada bumbu kuah kuning beraroma rempah yang menjadi ciri khas dan pembeda dengan penjual lainnya.

Tingginya permintaan keong sawah juga terlihat dari antusiasme para pelanggan. April (39), warga Kecamatan Patikraja, misalnya, mengaku sudah menjadi pelanggan setia keong sawah Chamlani sejak lama. Ia bahkan rela datang lebih siang untuk menghindari antrean panjang di sore hari, karena baginya berbuka puasa tanpa keong sawah terasa kurang lengkap. Hal ini menunjukkan betapa kuliner keong sawah telah menjadi bagian dari tradisi berbuka puasa bagi sebagian masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.

Keberhasilan Chamlani dalam memasarkan keong sawah selama Ramadan menunjukkan potensi besar kuliner lokal dalam menghadapi persaingan pasar. Dengan cita rasa yang khas dan proses pengolahan yang terjaga, keong sawah mampu menjadi ikon kuliner Ramadan Purwokerto dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Peningkatan permintaan ini tidak hanya memberikan keuntungan bagi pedagang, tetapi juga mengangkat nilai budaya kuliner tradisional daerah.

Proses pembuatan keong sawah membutuhkan waktu yang cukup panjang, dimulai dari pukul 05.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Keong sawah Chamlani memiliki cita rasa khas berkat bumbu kuah kuning beraroma rempah. Tingginya permintaan selama Ramadan menunjukkan potensi besar kuliner lokal. Keong sawah telah menjadi bagian dari tradisi berbuka puasa bagi sebagian masyarakat.