Indonesia Berada di Peringkat Empat Dunia dalam Pemborosan Pangan, Kerugian Capai Rp 500 Triliun per Tahun
Pemborosan Pangan di Indonesia Mencapai Tingkat yang Mengkhawatirkan
Jakarta, Indonesia – Indonesia menempati peringkat keempat dunia dalam hal pemborosan pangan atau food loss and waste. Fakta ini diungkapkan oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono, berdasarkan diskusi dengan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB pada tahun 2023. Nilai kerugian akibat pemborosan pangan ini diperkirakan mencapai Rp 500 triliun per tahun.
"Tingkat pemborosan atau food loss and waste di Indonesia mencapai angka yang cukup besar," ujar Mardiono di Jakarta, Kamis (24/4/2025). "Kerugian ekonomi nasional akibat pemborosan ini sangat dramatis, mencapai Rp 500 triliun per tahun."
Food loss merujuk pada pangan yang hilang selama proses produksi, seperti sayuran atau buah-buahan yang tidak layak olah dan akhirnya dibuang. Sementara itu, food waste adalah pangan yang terbuang pada tahap konsumsi, biasanya terjadi di tingkat ritel dan rumah tangga.
Mardiono menyoroti budaya masyarakat Indonesia yang sering menyisakan makanan, terutama dalam acara-acara yang menyajikan prasmanan. Ia juga menyoroti kebiasaan memesan makanan berlebihan di restoran dan warung makan, yang kemudian tidak habis dan dibuang.
"Tradisi masyarakat kita kalau makan prasmanan di berbagai acara, seperti rapat atau hajatan, sering mengambil makanan terlalu banyak dan tidak menghabiskannya," kata Mardiono. "Makanan yang dipesan di restoran atau warung makan juga seringkali tidak habis dan akhirnya dibuang."
Mardiono menyayangkan sikap mubazir ini dan mengimbau masyarakat untuk lebih hemat. Ia mencontohkan praktik di Jepang, di mana restoran memberikan notifikasi kepada pelanggan untuk menghabiskan makanan yang dipesan. Jika tidak, pelanggan akan dikenakan denda.
"Banyak restoran di Jepang mencantumkan dalam menu bahwa makanan harus dihabiskan. Jika tersisa, pelanggan akan dikenakan penalti, bisa 25 persen atau bahkan 30 persen dari total tagihan," jelasnya.
Mardiono berharap regulasi serupa dapat diterapkan di Indonesia di masa depan, namun menekankan pentingnya sosialisasi terlebih dahulu. Ia juga mendorong peningkatan produktivitas pangan melalui gerakan menanam, serta mengimbau masyarakat untuk menerapkan gaya hidup hemat.
Regulasi ini diharapkan mampu menekan angka pemborosan makanan di Indonesia dan mengurangi kerugian ekonomi yang signifikan. Pemerintah berencana untuk melakukan sosialisasi secara luas mengenai pentingnya mengurangi pemborosan makanan dan dampaknya terhadap perekonomian.
Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Kurangi porsi makan: Ambil makanan secukupnya saat prasmanan atau memesan di restoran.
- Manfaatkan sisa makanan: Olah sisa makanan menjadi hidangan baru atau berikan kepada yang membutuhkan.
- Dukung gerakan hemat pangan: Ikut serta dalam kampanye atau program yang bertujuan untuk mengurangi pemborosan makanan.
- Edukasi keluarga dan teman: Sebarkan informasi mengenai dampak buruk pemborosan makanan dan ajak mereka untuk lebih bijak dalam mengonsumsi makanan.
- Perhatikan tanggal kedaluwarsa: Konsumsi makanan sebelum tanggal kedaluwarsa untuk menghindari pembuangan makanan yang tidak perlu.
Dengan tindakan sederhana namun berdampak besar, kita dapat berkontribusi dalam mengurangi pemborosan makanan di Indonesia dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.