Inovasi Pertanian Kendal: Petani Muda Manfaatkan Teknologi Aplikasi untuk Budidaya Melon

Terobosan Pertanian di Kendal: Generasi Muda Andalkan Teknologi Digital untuk Panen Melon Berkualitas

Di tengah tantangan sektor pertanian yang semakin kompleks, inovasi menjadi kunci untuk menarik minat generasi muda. Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, sebuah terobosan menarik perhatian: petani milenial Desa Kalices Patean berhasil membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi sahabat petani, bukan lagi momok yang menakutkan. Mereka sukses memanen melon berkualitas tinggi dengan memanfaatkan screen house yang terintegrasi dengan sistem aplikasi berbasis smartphone.

Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari, secara langsung menyaksikan panen perdana tersebut pada hari Kamis, 24 April 2025. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa pertanian modern, yang didukung oleh teknologi, memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.

Novi Reza Nuroidah, seorang operator screen house yang bertanggung jawab atas budidaya melon, menjelaskan detail sistem yang digunakan. Di lahan seluas 8 x 40 meter, ia menanam 666 pohon melon. Yang menarik, seluruh proses pengelolaan tanaman, mulai dari pengaturan suhu, pemantauan kadar air, hingga pemupukan, dikendalikan melalui aplikasi di smartphone.

"Saya sebagai operator, dibantu satu teman yang bertugas melakukan pemupukan dan penyiraman tanaman," ungkap Novi. Ia menambahkan bahwa aplikasi tersebut memungkinkan mereka untuk memantau dan mengendalikan kebutuhan tanaman secara real-time. Perubahan suhu, penurunan kadar air, atau kebutuhan pupuk dapat dideteksi dengan cepat, sehingga tindakan korektif dapat segera diambil.

Screen house yang digunakan dirancang secara khusus untuk menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal. Seluruh area, termasuk atap dan lantai, ditutup rapat dengan plastik. Atap dapat dibuka dan ditutup secara otomatis, dan di dalam ruangan dilengkapi dengan sistem pengatur suhu. Dengan demikian, kondisi lingkungan dapat dikendalikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

"Lahan seluas 8 x 40 meter itu kami tutup rapat dengan plastik, termasuk atap dan lantai. Atap dapat dibuka dan ditutup, dan di dalam ruangan dilengkapi dengan pengatur suhu. Jadi kami bisa mengontrolnya," jelas Novi.

Novi mengungkapkan bahwa berat rata-rata buah melon yang dihasilkan mencapai 1,2 kg, dengan masa tanam sekitar 90 hari setelah penyemaian. Harga jual melon tersebut berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kilogram.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kendal, Pandu Rapriat Rogojati, mengapresiasi inovasi ini sebagai solusi ideal untuk menarik minat petani milenial. Sistem tanam melon dengan teknologi aplikasi memungkinkan mereka untuk terlibat dalam pertanian tanpa harus berkotor-kotoran dengan lumpur.

"Ini bantuan dari Kementerian Pertanian. Sangat pas untuk petani milenial," ujarnya.

Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari, berharap inovasi yang dilakukan oleh petani milenial di Desa Kalices Patean dapat menjadi contoh bagi petani lainnya. Ia berharap semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk mengembangkan potensi pertanian di desa mereka.

"Ini sangat cocok untuk petani milenial. Saya berharap banyak anak muda yang tidak meninggalkan desa untuk mencari kerja di pabrik di kota," pungkasnya.