Pengamat: Penugasan Jokowi ke Vatikan Redam Isu Dwi-Kepemimpinan Prabowo
Pengamat politik menyoroti penugasan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai bagian dari delegasi Indonesia pada upacara pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan. Langkah ini dinilai sebagai upaya strategis untuk menepis spekulasi yang berkembang mengenai adanya dualisme kepemimpinan atau 'matahari kembar' dalam pemerintahan saat ini.
Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menyatakan bahwa keputusan Prabowo melibatkan Jokowi dalam misi penting ini mencerminkan hubungan baik dan erat antara kedua tokoh. Menurutnya, penunjukan ini menjadi bukti nyata soliditas dan kerjasama yang berkelanjutan antara Prabowo dan Jokowi, sekaligus membantah berbagai isu yang beredar di masyarakat.
"Penugasan Jokowi mewakili pemerintah di Vatikan adalah bukti kuat persahabatan antara Prabowo dan Jokowi. Meskipun banyak spekulasi tentang isu 'matahari kembar', hal itu tidak berpengaruh," ujar Adi Prayitno.
Adi menambahkan, tindakan Prabowo ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk meredam isu-isu liar mengenai adanya dua kekuatan yang setara dalam pemerintahan. Ia menegaskan bahwa dengan langkah ini, Prabowo ingin menunjukkan kepada publik bahwa kepemimpinan tetap tunggal dan berada di bawah kendalinya.
"Isu 'matahari kembar' hanyalah spekulasi di luar, karena faktanya Prabowo dan Jokowi tetap solid dan kompak dalam bekerja sama. Ini sekaligus menegaskan bahwa 'matahari' hanya satu, yaitu Prabowo," lanjutnya.
Selain Jokowi, Presiden Prabowo juga menunjuk Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono sebagai bagian dari delegasi Indonesia ke Vatikan. Kehadiran Tommy Djiwandono bersama Jokowi dan tokoh lainnya menunjukkan keseriusan pemerintah Indonesia dalam menyampaikan penghormatan terakhir kepada pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia tersebut.
Berikut daftar delegasi Indonesia yang hadir di Vatikan:
- Joko Widodo
- Thomas Djiwandono
Penugasan Jokowi ke Vatikan ini bukan hanya sekadar kunjungan seremonial, tetapi juga memiliki makna simbolis yang kuat dalam konteks politik Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat citra Prabowo sebagai pemimpin yang inklusif dan mampu merangkul berbagai elemen bangsa, serta meredam potensi konflik atau perpecahan yang mungkin timbul akibat isu-isu yang tidak berdasar.