Psikolog Forensik Soroti Kemiripan Kasus Penembakan di Kalteng dengan Kasus Sambo: Tekanan Psikologis Jadi Faktor Kunci?
Sidang kasus penembakan yang melibatkan seorang anggota kepolisian di Kalimantan Tengah terus bergulir di Pengadilan Negeri Palangka Raya. Dalam persidangan yang berlangsung, seorang psikolog forensik terkemuka, Reza Indragiri, memberikan kesaksian ahli yang menarik perhatian. Reza menyoroti adanya kemiripan signifikan antara kasus ini dengan kasus pembunuhan berencana yang melibatkan Ferdy Sambo, mantan Kadiv Propam Polri, dan Richard Eliezer, mantan ajudan Sambo yang menjadi saksi kunci.
Reza menjelaskan bahwa penembakan dalam kasus di Kalteng ini, mengingatkannya pada dinamika yang terjadi dalam kasus Sambo-Eliezer. Menurutnya, ada indikasi bahwa pelaku penembakan, Brigadir Anton Kurniawan Stiyanto (AKS), bertindak atas perintah dari pihak lain, sebuah pola yang mirip dengan klaim Eliezer dalam kasus Sambo. Brigadir Anton didakwa menembak Budiman Arisandi, seorang sopir ekspedisi, hingga tewas pada November 2024. Selain Anton, Muhammad Haryono (MH) juga menjadi tersangka karena diduga membantu menghilangkan barang bukti.
Reza Indragiri menggarisbawahi beberapa poin penting:
- Relasi Kuasa yang Tidak Formal: Reza menyatakan bahwa relasi antara pemberi perintah dan penerima perintah tidak selalu terikat pada hierarki formal. Faktor-faktor psikologis seperti kesenjangan relasi kuasa, simbol otoritas, dan lingkungan yang dikuasai oleh pemberi perintah dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan kriminal.
- Posisi Saksi Kunci: Posisi MH dalam kasus ini dinilai mirip dengan Richard Eliezer. MH diduga berada dalam situasi tertekan dan terpaksa terlibat dalam upaya menghilangkan jejak kejahatan, termasuk membuang mayat korban dan membersihkan mobil.
- Pengaruh Senjata Api: Reza menekankan bahwa keberadaan senjata api memiliki dampak psikologis yang signifikan. Bahkan tanpa digunakan, senjata dapat memunculkan tekanan psikologis yang besar pada orang yang menyaksikannya. Dalam kasus ini, penggunaan senjata oleh Brigadir Anton untuk menembak kepala korban semakin memperkuat efek tekanan tersebut.
Reza Indragiri merekomendasikan agar dialog antara Anton dan MH diperiksa secara mendalam untuk memahami dinamika yang terjadi di antara keduanya. Ia juga menekankan pentingnya mempertimbangkan perspektif keilmuan psikologi forensik dalam menganalisis kasus ini. Menurutnya, pemahaman yang komprehensif mengenai faktor-faktor psikologis yang berperan dapat membantu mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.