BRIN Dorong Pengembangan Industri Kelapa Berkelanjutan Melalui Teknologi Hijau

Indonesia, sebagai salah satu produsen kelapa terbesar di dunia, menghadapi tantangan dalam memaksimalkan potensi komoditas ini. Selama ini, kelapa sebagian besar diekspor sebagai bahan mentah dengan nilai jual rendah, sementara limbah seperti sabut dan air kelapa seringkali terbuang percuma.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya mengubah paradigma ini melalui pengembangan teknologi hijau berbasis kelapa. Tujuannya adalah menciptakan industri kelapa berkelanjutan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi tinggi tanpa merusak lingkungan.

Kemitraan Strategis untuk Industri Tanpa Limbah

BRIN menjalin kerja sama dengan PT Walindo Mitra Bersama untuk mewujudkan visi ini. Nota kesepahaman yang ditandatangani kedua belah pihak menandai komitmen untuk membangun industri kelapa yang minim limbah dan berorientasi pada keberlanjutan.

Salah satu fokus utama kerja sama ini adalah pengembangan bioleather dari nata de coco. Inovasi ini menghasilkan material alternatif pengganti kulit yang ramah lingkungan. Proses pembuatannya menggunakan pewarna alami dari biji mete (Cashew Nut Shell Liquid/CNSL) dan pelapis dari minyak linseed dan turpentine. Bioleather ini bersifat biodegradable, tidak melibatkan unsur hewani, dan tidak menggunakan bahan sintetis sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Reaktor yang digunakan dalam produksi bioleather dirancang dengan sistem sirkulasi cairan dan polimerisasi simultan. Teknologi ini meningkatkan efisiensi proses, mengurangi limbah, dan memberikan kontrol yang lebih baik terhadap kualitas produk.

Diversifikasi Produk Kelapa Bernilai Tinggi

Selain bioleather, BRIN juga mengembangkan produk Medium Chain Triglyceride (MCT) dari Virgin Coconut Oil (VCO) dan minyak kelapa biasa. MCT merupakan suplemen populer di industri kesehatan dan pangan fungsional, dengan nilai jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa biasa di pasar global.

BRIN menekankan pentingnya melakukan riset dan pengembangan MCT di dalam negeri dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai ekonomi kelapa dan memberikan keuntungan maksimal bagi industri lokal.

Fokus pada Sistem Produksi Berkelanjutan

Direktur Utama PT Walindo, Heriadi Kaboel, menyatakan bahwa kolaborasi ini tidak hanya berfokus pada konsumen akhir, tetapi juga pada perbaikan sistem produksi. Tujuannya adalah menciptakan sistem yang adil, bersih, dan berkelanjutan dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya lokal.

Inisiatif ini menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak hanya tentang menciptakan produk yang ramah lingkungan, tetapi juga tentang membangun sistem produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Melalui inovasi dan kolaborasi, Indonesia dapat memaksimalkan potensi kelapa sebagai komoditas bernilai tinggi yang memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan.