Siasat Industri Hotel Hadapi Efisiensi Anggaran: Fokus Wisatawan Nusantara dan Inovasi Pasar

Industri perhotelan di Indonesia tengah menghadapi tantangan akibat adanya efisiensi anggaran pemerintah yang turut berdampak pada sektor pariwisata. Penurunan tingkat hunian hotel bintang tercatat pada periode Januari-Februari 2025, mengindikasikan perlunya strategi adaptif dari para pelaku usaha.

Menyikapi kondisi ini, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dalam pertemuan dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), menekankan pentingnya optimalisasi potensi wisatawan nusantara (wisnus) dan penciptaan pasar baru. Strategi ini dianggap krusial untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan sektor perhotelan di tengah dinamika ekonomi.

Fokus pada Wisatawan Nusantara

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri menyatakan bahwa pasar wisnus telah terbukti menjadi tulang punggung bagi pariwisata Indonesia. Pertumbuhan wisnus yang mencapai 21,7 persen hingga akhir tahun 2024 menjadi bukti potensi besar yang dapat dimaksimalkan.

Inovasi dan Penciptaan Pasar Baru

Selain mengandalkan pasar wisnus yang sudah ada, pelaku usaha didorong untuk berinovasi dan menciptakan pasar-pasar baru yang relevan dengan kebutuhan dan minat wisatawan saat ini. Beberapa contoh yang disarankan antara lain:

  • Paket Meeting untuk Komunitas: Menawarkan paket khusus untuk kegiatan pertemuan komunitas, dengan fasilitas dan layanan yang disesuaikan.
  • Paket Eduwisata: Mengembangkan paket wisata yang menggabungkan unsur pendidikan dan rekreasi, menarik bagi keluarga dan kelompok sekolah.
  • Kolaborasi dengan Berbagai Pihak: Membangun kerjasama yang kuat dengan berbagai pihak terkait, seperti agen perjalanan, penyedia transportasi, dan atraksi wisata, untuk menciptakan produk dan layanan yang komprehensif.

Dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif, diharapkan industri perhotelan dapat menemukan ceruk-ceruk pertumbuhan baru dan mempertahankan momentum positif di tengah tantangan yang ada. Pemerintah juga melihat potensi wisatawan mancanegara (wisman) yang masih dapat dioptimalkan, terutama dengan mempertimbangkan perubahan dinamika geopolitik yang dapat mempengaruhi arus kunjungan wisatawan.

Dukungan Pemerintah dan Permintaan Industri

Pemerintah menyatakan kesiapannya untuk memberikan bimbingan teknis, memfasilitasi business matching, dan menjembatani kebutuhan intervensi bagi industri perhotelan. Menteri Pariwisata juga menyoroti pentingnya promosi MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) dan promosi wisman melalui kampanye terpadu.

Sementara itu, Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani, menyampaikan sejumlah permintaan kepada pemerintah, termasuk percepatan eksekusi anggaran belanja, khususnya untuk jasa akomodasi. Selain itu, PHRI juga meminta penertiban terhadap jasa akomodasi berbasis sharing economy dan usaha jasa akomodasi ilegal yang tidak sesuai dengan regulasi.

Pemerintah dan industri perhotelan diharapkan dapat terus bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan memaksimalkan potensi pariwisata Indonesia, dengan fokus pada wisatawan nusantara, inovasi pasar, dan dukungan yang berkelanjutan.