Abbas Mendesak Hamas Bebaskan Sandera dan Menyerahkan Kontrol Gaza
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, secara terbuka mendesak kelompok Hamas untuk segera membebaskan para sandera yang ditahan di Jalur Gaza. Seruan ini muncul di tengah kebuntuan negosiasi antara Hamas dan Israel mengenai pembebasan sandera dan gencatan senjata yang berkelanjutan.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada hari Rabu (23/4), Abbas tidak hanya meminta pembebasan sandera, tetapi juga menyerukan Hamas untuk menyerahkan kendali administratif dan keamanan atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina yang dipimpinnya. Ia berpendapat bahwa tindakan Hamas menahan sandera telah memberikan pembenaran bagi operasi militer Israel di Gaza, yang menyebabkan penderitaan bagi rakyat Palestina. Abbas juga menyarankan agar Hamas mengubah diri menjadi partai politik.
"Hamas telah memberikan alasan kepada pendudukan kriminal untuk melakukan kejahatannya di Jalur Gaza, yang paling menonjol adalah menahan para sandera," kata Abbas.
Abbas juga meminta para pemimpin dunia untuk menekan Israel agar mengakhiri perang di Gaza, menarik pasukannya, dan menghentikan pembangunan permukiman Yahudi. Dia menekankan bahwa perdamaian tidak akan tercapai sampai Palestina mendirikan negara merdeka di perbatasan tahun 1967.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus berjuang sampai menang dan membawa pulang semua sandera yang ditahan di Gaza tanpa menyerah pada tuntutan Hamas. Ia menggambarkan situasi ini sebagai tahap kritis dari operasi militer dan menyerukan kesabaran dan tekad untuk mencapai kemenangan.
"Tidak punya pilihan selain terus berjuang demi eksistensi kami, hingga menang," ujar Netanyahu.
Sebelumnya, Hamas menolak usulan gencatan senjata terbaru, dengan alasan bahwa mereka menginginkan akhir permanen dari perang di Gaza. Kelompok itu menyatakan bahwa mereka hanya akan membebaskan sandera yang tersisa sebagai bagian dari kesepakatan yang komprehensif, termasuk penghentian perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan dimulainya rekonstruksi.
Seorang pejabat Hamas menyebut bahwa tawaran Israel itu juga menuntut perlucutan senjata para petempur Hamas demi mengamankan akhir perang sepenuhnya. Tuntutan itu ditolak mentah-mentah oleh Hamas.
Tarik ulur pembebasan seluruh sandera sudah terjadi beberapa bulan terakhir. Pada akhir Maret 2025 kemarin, Kelompok Hamas mengancam bahwa para sandera mungkin akan terbunuh dan pulang dalam peti mati, jika Israel berupaya membebaskan mereka dengan paksa dan serangan udara terus berlanjut di daerah kantong Palestina itu.
Poin-poin utama dalam situasi yang berkembang ini meliputi:
- Desakan Presiden Abbas kepada Hamas untuk membebaskan sandera dan menyerahkan kendali Gaza.
- Penolakan Hamas terhadap usulan gencatan senjata yang tidak menjamin akhir permanen perang.
- Tekad Perdana Menteri Netanyahu untuk melanjutkan operasi militer sampai semua sandera dibebaskan.
- Kekhawatiran atas keselamatan sandera dan dampak kemanusiaan dari konflik yang sedang berlangsung.
Perkembangan ini semakin memperumit upaya untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut. Masa depan negosiasi dan nasib para sandera masih belum pasti.