Bentrokan Antar Geng Narkoba di Guayaquil Tewaskan 22 Orang, Ekuador Darurat Keamanan

Bentrokan Antar Geng Narkoba di Guayaquil Tewaskan 22 Orang, Ekuador Darurat Keamanan

Kota pelabuhan Guayaquil, Ekuador, kembali menjadi saksi bisu atas gelombang kekerasan yang menghantam negara tersebut. Setidaknya 22 orang tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka dalam sebuah bentrokan bersenjata antara faksi-faksi yang berseteru di dalam geng narkoba Los Tigerones, salah satu organisasi kriminal paling berpengaruh di Ekuador. Peristiwa berdarah ini terjadi pada Jumat, 7 Maret 2025, dan dikonfirmasi oleh pihak kepolisian setempat melalui pernyataan resmi yang dikeluarkannya.

Insiden ini menandai eskalasi terbaru dalam perang antar geng yang telah mencengkeram Ekuador dalam beberapa tahun terakhir. Los Tigerones, yang dikenal sebagai salah satu aktor kunci dalam jaringan perdagangan narkoba transnasional, terlibat dalam pertempuran sengit memperebutkan wilayah dan kekuasaan. Keberadaan geng ini dan sekitar 19 geng kriminal lainnya semakin mempersulit upaya pemerintah dalam memberantas kejahatan terorganisir yang merajalela. Aktivitas mereka, yang meliputi perdagangan narkoba, penculikan, dan pemerasan, telah menimbulkan dampak buruk bagi stabilitas dan keamanan nasional di negara berpenduduk 18 juta jiwa ini.

Letak geografis Ekuador yang diapit oleh dua negara penghasil kokain terbesar dunia, Peru dan Kolombia, menjadikannya jalur transit utama bagi para penyelundup. Pelabuhan-pelabuhan utama, seperti Guayaquil, menjadi target utama untuk kegiatan penyelundupan narkoba menuju pasar Amerika Serikat dan Eropa. Situasi ini semakin diperburuk dengan meningkatnya angka pembunuhan, yang melonjak dari enam kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2018 menjadi rekor 47 kasus pada tahun 2023. Peningkatan angka kejahatan tersebut menunjukkan betapa efektifnya geng-geng tersebut dalam memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka, bahkan di tengah upaya penegakan hukum.

Pemerintah Ekuador telah menerapkan berbagai strategi untuk mengatasi krisis keamanan yang tengah melanda, termasuk penetapan keadaan darurat di tujuh provinsi selama dua bulan terakhir. Langkah ini merupakan upaya untuk memberikan kewenangan lebih kepada aparat keamanan dalam memberantas aktivitas geng-geng kriminal. Presiden Daniel Noboa bahkan telah menyatakan rencananya untuk meminta bantuan pasukan khusus dari negara-negara sekutu untuk mendukung operasi anti-narkoba. Namun, tantangan yang dihadapi pemerintah Ekuador sangat besar, mengingat kekuatan dan kemampuan adaptasi geng-geng yang terus bermutasi dan berevolusi. Para ahli menilai bahwa keuntungan ekonomi yang melimpah dari perdagangan narkoba memungkinkan geng-geng tersebut untuk memperkuat organisasi dan memperluas jaringan operasi mereka, sehingga semakin sulit untuk ditumpas.

Situasi di Guayaquil dan Ekuador secara keseluruhan menggambarkan betapa seriusnya masalah kejahatan transnasional yang mengancam stabilitas kawasan. Perlu adanya kerjasama regional dan internasional yang lebih kuat untuk membongkar jaringan perdagangan narkoba dan menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh geng-geng kriminal yang semakin kuat dan terorganisir.

Daftar dampak bentrokan ini bagi masyarakat Ekuador:

  • Meningkatnya rasa takut dan ketidakamanan di kalangan masyarakat.
  • Gangguan terhadap aktivitas ekonomi dan sosial.
  • Tekanan pada sistem kesehatan dan layanan darurat.
  • Kerugian ekonomi akibat kerusakan properti dan hilangnya nyawa.
  • Kerusakan citra Ekuador di mata internasional.