Likuiditas Perekonomian Indonesia Mencapai Rp 9.436,4 Triliun pada Maret 2025, Didorong Kredit dan Aset Luar Negeri
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa likuiditas perekonomian, yang tercermin dari uang beredar dalam arti luas (M2), terus mengalami peningkatan hingga Maret 2025. Data terbaru menunjukkan angka yang signifikan, mencapai Rp 9.436,4 triliun.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa pertumbuhan M2 pada Maret 2025 mencapai 6,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor kunci, termasuk peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,1 persen (yoy) dan pertumbuhan uang kuasi sebesar 3,0 persen (yoy).
Beberapa faktor utama yang memengaruhi perkembangan M2 pada Maret 2025 adalah:
- Penyaluran Kredit: Kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 8,7 persen (yoy). Walaupun sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan 9,7 persen (yoy), angka ini tetap menjadi kontributor penting terhadap peningkatan likuiditas.
- Aktiva Luar Negeri Bersih: Aktiva luar negeri bersih juga mengalami pertumbuhan yang signifikan, mencapai 6,0 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2025 yang sebesar 4,1 persen (yoy).
- Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat: Berbeda dengan dua faktor sebelumnya, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat justru mengalami kontraksi sebesar 8,6 persen (yoy). Kontraksi ini lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan kontraksi sebesar 5,8 persen (yoy).
Sebagai informasi tambahan, uang beredar dalam arti luas (M2) mencakup berbagai komponen, antara lain:
- Uang kartal (uang kertas dan logam)
- Giro Rupiah
- Uang Elektronik
- Tabungan Rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu
- Uang Kuasi (deposito berjangka, tabungan valuta asing)
- Surat Berharga yang diterbitkan sistem moneter dengan jangka waktu hingga satu tahun
Peningkatan likuiditas ini diharapkan dapat mendukung aktivitas ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia.