Indonesia dan AS Intensifkan Negosiasi Tarif Impor di Tengah Kebijakan Perdagangan Global yang Berubah
Pertemuan tingkat tinggi antara delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, di Washington, DC, menandai langkah maju dalam upaya penyelesaian isu tarif impor yang diberlakukan oleh AS. Pertemuan yang juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu ini, merupakan tindak lanjut dari kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada awal April 2025, yang berpotensi mempengaruhi signifikan neraca perdagangan global.
Airlangga Hartarto menyampaikan komitmen Indonesia untuk menjalin hubungan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan. Sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia berupaya meningkatkan impor komoditas dari AS, terutama di sektor energi seperti minyak dan gas, serta produk-produk pertanian. Langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi defisit perdagangan yang dialami AS. Selain itu, Indonesia juga tengah melakukan deregulasi kebijakan, termasuk perizinan impor, kuota impor, dan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), guna menciptakan iklim investasi yang lebih menarik.
Berikut adalah poin-poin penting yang dibahas dalam pertemuan:
- Peningkatan Impor dari AS: Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan impor komoditas utama dari AS, seperti minyak dan gas, serta produk pertanian.
- Deregulasi Kebijakan: Pemerintah Indonesia tengah menyusun kebijakan deregulasi, termasuk perizinan impor, kuota impor, dan peningkatan TKDN.
- Kerja Sama Investasi: Indonesia akan meningkatkan nilai investasi dan kerja sama dalam sektor critical minerals.
- Kolaborasi Ekonomi Digital: Kerja sama juga akan mencakup sektor keuangan dan ekonomi digital.
- Negosiasi Tarif: Indonesia mengharapkan proses negosiasi tarif dapat segera dimulai setelah penandatanganan kesepakatan non-disclosure dengan pihak USTR.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengapresiasi respons cepat Pemerintah Indonesia terhadap pengumuman tarif resiprokal. Ia menyatakan terkesan dengan surat yang disampaikan oleh Menko Airlangga dan memandang hal tersebut sebagai awal yang baik bagi kelanjutan hubungan bilateral kedua negara. Pihak AS juga menyatakan keinginan untuk bekerja sama dalam forum G20, di mana AS akan memegang presidensi pada tahun 2026, serta menekankan pentingnya OECD dalam proses reformasi dan deregulasi yang dilakukan Indonesia.
Kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden Trump sebelumnya menetapkan tarif balasan kepada sejumlah mitra dagang AS, termasuk Indonesia. Awalnya, Indonesia dikenakan tarif sebesar 32% untuk barang ekspor ke AS. Namun, Menko Airlangga kemudian menyebutkan bahwa Indonesia berpotensi dikenakan tarif hingga 47% karena adanya akumulasi tarif lain yang diterapkan AS untuk produk-produk Indonesia, seperti tarif proteksionis untuk tekstil dan garmen.
Sebagai contoh, meskipun tarif tinggi sebesar 32% didiskon sementara menjadi 10% selama 3 bulan, AS tetap menerapkan tarif proteksionis untuk barang-barang tekstil dan garmen asal Indonesia dengan nilai sebesar 10-37%. Bila diakumulasi komoditas asal Indonesia memiliki biaya besar untuk masuk ke pasar AS. Sebab untuk membayar tarifnya saja bisa berkisar 20-47% sendiri.
Upaya negosiasi ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang saling menguntungkan bagi kedua negara, serta menjaga stabilitas dan kelancaran arus perdagangan global di tengah dinamika kebijakan perdagangan yang terus berubah.