Musim Kemarau 2025 Diprediksi Lebih Cepat Berakhir: Masyarakat Diimbau Siaga Ketersediaan Air

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau di Indonesia akan dimulai secara bertahap pada April 2025. Kendati demikian, para ahli memprediksi durasi musim kemarau tahun ini akan lebih pendek dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi antara Juni hingga Agustus 2025.

Dr. Emilya Nurjani, seorang pakar klimatologi dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan musim kemarau lebih singkat. Salah satu faktor utamanya adalah pola angin muson yang memengaruhi iklim di Indonesia. Angin muson sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Muson Asia yang membawa musim hujan dan Muson Australia yang membawa musim kemarau. Kedatangan kedua angin muson ini seringkali tidak bersamaan, sehingga memengaruhi kapan dimulainya musim hujan dan kemarau.

Selain angin muson, fenomena iklim lainnya seperti El Nino, La Nina, Indian Ocean Dipole (IOD), siklon tropis, osilasi, dan The Quasi-biennial Oscillation (QBO) turut berperan dalam menentukan pola curah hujan. Namun, untuk tahun 2025, diperkirakan fenomena-fenomena iklim tersebut tidak akan signifikan memengaruhi curah hujan di Indonesia.

Walaupun diprediksi lebih singkat, Dr. Emilya Nurjani tetap mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi kekurangan air. Ia menyarankan implementasi rainwater harvesting atau pemanenan air hujan, mengingat masih adanya potensi hujan dalam beberapa minggu ke depan. Air hujan yang ditampung dapat dimanfaatkan sebagai cadangan air saat musim kemarau tiba.

Bagi para petani, Dr. Emilya menyarankan untuk menyesuaikan jenis tanaman yang ditanam dengan kondisi iklim yang ada. Beberapa langkah adaptasi yang dapat dilakukan antara lain:

  • Memilih tanaman yang membutuhkan sedikit air.
  • Memilih tanaman yang memiliki masa tanam lebih pendek.
  • Melakukan pengelolaan pola buka pintu waduk jika ada irigasi.
  • Memanfaatkan kolam retensi sebagai opsi cadangan air, meskipun pengisiannya dilakukan saat musim hujan.

Dengan langkah-langkah antisipasi yang tepat, diharapkan masyarakat dan sektor pertanian dapat menghadapi musim kemarau 2025 dengan lebih siap dan mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul.