Ancelotti Tegur Endrick: Mampukah Pemain Muda Brasil Ini Hindari Nasib Morata?

Penyerang muda Real Madrid, Endrick, baru-baru ini mendapat teguran dari pelatih Carlo Ancelotti usai menyia-nyiakan peluang emas saat menghadapi Getafe dalam lanjutan kompetisi La Liga. Kejadian ini memunculkan kekhawatiran akan potensi dampak negatif terhadap perkembangan karier Endrick, mengingat Ancelotti dikenal memiliki standar tinggi dan tak segan memberikan konsekuensi kepada pemain muda yang dianggap kurang maksimal.

Dalam pertandingan melawan Getafe di Estadio Coliseum, Endrick mendapatkan kesempatan emas untuk mencetak gol ketika berhadapan satu lawan satu dengan kiper. Namun, alih-alih melepaskan tembakan keras yang terarah, pemain asal Brasil itu justru mencoba tendangan chip yang lemah dan mudah diantisipasi oleh penjaga gawang David Soria. Kegagalan ini membuat Ancelotti kecewa dan langsung mengganti Endrick dengan Jude Bellingham tak lama kemudian.

Usai pertandingan, Ancelotti secara terbuka mengkritik penyelesaian akhir Endrick. Ia menyatakan bahwa pemain muda itu seharusnya bisa memanfaatkan peluang yang ada dengan lebih baik. Ancelotti menekankan pentingnya bagi Endrick untuk belajar dan tidak bermain-main di lapangan, mengingat persaingan di level tertinggi sepak bola sangat ketat dan tidak memberikan ruang bagi kesalahan.

"Dia punya dua peluang. Dia tidak bisa melakukan yang lebih baik dengan peluang pertama, dan dengan yang kedua dia mungkin offside, tapi dia tidak boleh melakukan hal itu," ujar Ancelotti.

"Dia memang masih muda dan dia harus belajar, tapi dia harus menembak dengan sebaik mungkin, dan berhenti bermain-main. Tidak ada ruang untuk main-main di sepakbola," jelas pelatih asal Italia itu.

Kritik Ancelotti terhadap Endrick mengingatkan pada kejadian serupa di masa lalu, di mana ia juga pernah memberikan teguran keras kepada pemain muda Real Madrid lainnya, Alvaro Morata. Pada musim 2013-2014, Morata yang saat itu berusia 21 tahun gagal mencetak gol dalam pertandingan melawan Real Valladolid, meskipun memiliki dua peluang bagus setelah masuk sebagai pemain pengganti. Akibatnya, Morata kehilangan tempat di tim utama dan jarang mendapatkan kesempatan bermain di sisa musim tersebut. Setelah itu ia lebih sering dicadangkan dan hanya turun selama total 25 menit pada 13 laga berikutnya di Liga Spanyol. Ia mengakhiri musim itu dengan total 8 gol dalam 23 penampilan di LaLiga, kemudian pindah ke Juventus pada musim berikutnya.

Selain Morata, Nico Paz juga mengalami situasi serupa di bawah asuhan Ancelotti. Sempat tampil menjanjikan di beberapa pertandingan, Paz kemudian jarang dimainkan setelah gagal memanfaatkan peluang dalam sebuah pertandingan Copa del Rey melawan tim divisi empat, Arandina. Dalam sebuah serangan balik di laga itu, Paz gagal mengeksekusi peluang. Ia kurang bisa membaca situasi dengan tidak mengumpan kepada Arda Guler yang lebih bebas. Setelah itu tak ada sorotan berlebihan kepada pemuda asal Argentina tersebut, tapi kalau dicermati, Ancelotti tak lagi menurunkannya di sisa musim itu.

Dengan pengalaman Morata dan Paz, muncul pertanyaan apakah Endrick akan mengalami nasib serupa, yaitu dipinjamkan ke klub lain atau ditempatkan di tim cadangan untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman dan mematangkan kemampuannya. Keputusan Ancelotti terhadap Endrick akan menjadi perhatian utama, karena akan memberikan gambaran tentang bagaimana ia melihat potensi dan kesiapan pemain muda Brasil itu untuk bersaing di level tertinggi.

Paz kini bermain di Como dan tampil gemilang dengan mencetak enam gol dan tujuh asis di 30 laga. Madrid masih memiliki klausul untuk menebusnya secara murah di masa depan, sama seperti Morata ketika dilepas ke Juve.