SNPMB Investigasi Dugaan Pelanggaran UTBK 2025, Jaminan Integritas Ujian Ditegaskan
Gelombang perbincangan daring muncul terkait dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025. Isu ini mencuat setelah beredarnya video dan tangkapan layar yang memperlihatkan potensi pelanggaran selama dua hari pertama ujian, tepatnya pada tanggal 23 dan 24 April 2025.
Salah satu insiden yang menjadi sorotan adalah dugaan tindakan seorang peserta yang melakukan siaran langsung melalui platform Instagram. Dalam siaran tersebut, kamera diduga diarahkan ke layar ujian yang menampilkan soal-soal UTBK 2025 di ruang ujian. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi penyebaran soal dan terganggunya integritas ujian.
Menanggapi isu yang berkembang, Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Eduart Wolok, memberikan pernyataan resmi. Ia menegaskan komitmen SNPMB untuk menjaga kerahasiaan soal dan memastikan tidak ada kebocoran yang merugikan peserta. Eduart menjelaskan bahwa soal yang diduga dibocorkan dalam insiden siaran langsung tersebut tidak akan digunakan kembali pada sesi-sesi ujian berikutnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan informasi dan menjaga keadilan bagi seluruh peserta.
Lebih lanjut, Eduart menjelaskan bahwa setiap sesi ujian memiliki paket soal yang berbeda-beda, bahkan hingga hari terakhir pelaksanaan UTBK. Dengan demikian, peserta yang mengikuti ujian pada hari pertama dan kedua tidak perlu khawatir akan dirugikan oleh potensi kebocoran soal. Sistem ini dirancang untuk memastikan bahwa UTBK berlangsung secara adil dan setara bagi semua peserta hingga akhir periode ujian.
"Tidak ada satu pun set soal yang sama antara sesi yang satu dengan sesi yang lain, maupun dari hari ke hari," ujar Eduart dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube SNPMB ID pada Jumat (25/4/2025). "Jika kita memiliki 23 sesi ujian, maka kami menyiapkan lebih dari 23 set soal yang berbeda. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa tidak mungkin terjadi kebocoran soal. Selain itu, sistem yang kami gunakan tidak terhubung ke internet, sehingga risiko kebocoran soal dapat diminimalkan. Sampai saat ini, belum ada bukti konkret yang menunjukkan terjadinya kebocoran soal yang diujikan."
Menanggapi kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya soal yang sama antar sesi, Eduart mengakui bahwa sejumlah soal memang sengaja dibuat identik sebagai jembatan untuk standarisasi tingkat kesulitan soal pada setiap sesi dan hari ujian. Namun, ia menekankan bahwa keberadaan soal-soal yang sama ini justru bertujuan untuk mendukung asas keadilan bagi seluruh peserta. Dalam kondisi tertentu, jawaban benar atas soal-soal ini bahkan mungkin tidak dinilai.
"Soal-soal yang sama sengaja kami hadirkan dalam persentase tertentu sebagai jembatan standarisasi soal dari sesi ke sesi, dari hari ke hari. Soal-soal ini memiliki pola penilaian tersendiri, yang dirancang untuk tidak merugikan peserta," jelas Eduart. "Jika ada anggapan bahwa soal pada sesi 1 dan sesi 4 memiliki tingkat kesulitan yang sama karena adanya soal yang identik, perlu dipahami bahwa soal-soal 'jembatan' dengan tingkat pengetahuan yang sama mungkin tidak akan dinilai."
Eduart Wolok memberikan jaminan penuh bahwa kebocoran soal tidak akan terjadi, baik yang berasal dari peserta, pihak eksternal, maupun panitia SNPMB itu sendiri. Ia mencontohkan pengalamannya sendiri, dimana koordinator soal UTBK yang pernah memiliki dua anak yang mengikuti UTBK, tetapi keduanya tidak lulus. Padahal, jika diinginkan, soal-soal tersebut sebenarnya dapat diakses oleh orang tuanya. Namun, integritas pelaksanaan UTBK tetap dijaga dengan ketat.
"Mengenai jaminan kebocoran soal, dari pihak panitia, kami menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi," tegas Eduart. "Dan sejauh ini, kami telah berhasil mengatasi berbagai upaya dari pihak-pihak yang ingin melakukan kebocoran soal. Kami akan terus berupaya untuk menjaga integritas UTBK dan memastikan bahwa semua peserta memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil."