Lautan Duka di Vatikan: Peziarah dan Wisatawan Beri Penghormatan Terakhir Paus Fransiskus
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan kesedihan mendalam bagi jutaan umat Katolik di seluruh dunia. Di Vatikan, suasana duka menyelimuti para peziarah dan wisatawan yang datang dari berbagai penjuru bumi untuk memberikan penghormatan terakhir. Rasa kehilangan terpancar dari wajah-wajah yang berkumpul di sekitar Basilika Santo Petrus, tempat jenazah Paus disemayamkan.
Bagi banyak peziarah, Paus Fransiskus bukan hanya seorang pemimpin agama, tetapi juga figur inspiratif yang membawa harapan dan perubahan positif dalam Gereja Katolik. Mereka mengenang Paus sebagai sosok yang dekat dengan umat, sederhana, dan selalu menyuarakan keadilan bagi kaum miskin dan tertindas. Keberaniannya dalam menghadapi berbagai isu kontroversial, seperti perubahan iklim dan kesetaraan gender, juga sangat dihargai.
Para wisatawan yang awalnya datang ke Vatikan untuk menikmati keindahan sejarah dan seni, kini merasakan pengalaman yang berbeda. Kunjungan mereka bertepatan dengan momen bersejarah kepergian Paus, mengubah agenda wisata menjadi ziarah spiritual. Mereka menyempatkan diri untuk berdoa di depan peti jenazah Paus, menyalakan lilin, dan menulis pesan belasungkawa dalam buku tamu.
Beberapa peziarah bahkan rela mengubah rencana perjalanan mereka untuk bisa berada di Vatikan saat-saat terakhir Paus. Violetta dan Pavel, pasangan asal Polandia yang tinggal di London, menuturkan bahwa mereka telah merencanakan liburan ke Roma sejak jauh hari. Namun, ketika mendengar kabar duka, mereka langsung memutuskan untuk datang ke Vatikan.
"Kami sangat sedih, kami hanya ingin berada di sini untuk melihatnya, walau hanya sekejap," ujar Violetta dengan mata berkaca-kaca.
Susana, seorang ibu dari Meksiko yang sedang berlibur di Roma bersama keluarganya, menceritakan pengalaman pribadinya tentang Paus Fransiskus. Ia menggambarkan Paus sebagai sosok yang ramah dan terbuka terhadap dialog.
"Paus Fransiskus adalah sosok yang luar biasa. Ia membuka ruang bicara dalam Gereja untuk hal-hal yang dulu tak pernah disentuh. Ia membuat Gereja lebih dekat dengan umat," kata Susana.
Bettina, seorang wisatawan asal Jerman, juga mengungkapkan bahwa ia dan keluarganya telah lama merencanakan perjalanan ke Vatikan. Meskipun mereka tidak mengubah agenda perjalanan, mereka merasa bahwa kunjungan kali ini menjadi sangat bermakna.
"Kami sempat berkata, 'Semoga Paus tidak wafat saat kami di sini.' Tapi kenyataannya berbeda. Kami ajak anak-anak kami ke Basilika, agar mereka tahu betapa pentingnya momen ini," ujar Bettina.
Stephan dan Christelle, turis asal Perancis, tiba di Roma hanya beberapa jam sebelum berita wafatnya Paus tersebar. Mereka awalnya datang sebagai turis, tetapi kemudian menyadari bahwa mereka menjadi saksi sejarah.
"Kami datang sebagai turis, bukan peziarah. Tapi sekarang, kami sadar kami menjadi saksi sejarah," kata Christelle.
Jennifer, seorang turis asal Amerika Serikat yang baru pertama kali datang ke Roma, mengatakan bahwa setelah kedatangannya ke Roma, kini bukan hanya bangunan-bangunannya saja yang hendak dikenang. Tetapi juga momentum bersejarah kepergian sang Paus.
"Ini pertama kalinya kami ke Roma. Indah sekali tapi yang paling kami ingat nanti bukan hanya bangunannya, tapi rasa kehilangan ini. Kami datang berharap bisa melihat Paus. Sekarang kami hanya bisa mengenangnya," kata Jennifer.
Kepergian Paus Fransiskus tidak hanya dirasakan oleh umat Katolik, tetapi juga oleh banyak orang di seluruh dunia yang mengagumi kepemimpinannya dan nilai-nilai yang ia perjuangkan. Vatikan kini menjadi pusat perhatian dunia, tempat orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus yang telah memberikan dampak besar bagi dunia.