Paus Fransiskus Wafat: Dokter Ungkap Detik-Detik Terakhir di Vatikan

Paus Fransiskus menghembuskan nafas terakhir pada 21 April 2025 di Vatikan akibat serangan stroke mendadak. Kabar duka ini mengejutkan dunia, meskipun selama beberapa waktu terakhir Paus diketahui berjuang melawan masalah kesehatan. Tim dokter yang mendampingi menyatakan bahwa Paus meninggal dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan upaya penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan.

Dr. Sergio Alfieri, seorang dokter yang memiliki kedekatan khusus dengan Paus Fransiskus, menjadi saksi kunci peristiwa tersebut. Ia menceritakan bahwa dirinya menerima panggilan darurat sekitar pukul 05.30 waktu setempat dan segera bergegas menuju Vatikan. Perjalanan menuju kediaman Paus memakan waktu sekitar 20 menit. Dr. Alfieri sebelumnya terlibat dalam perawatan intensif Paus Fransiskus di Rumah Sakit Gemelli, Roma, pada awal tahun 2024. Kala itu, Paus dirawat selama lima minggu akibat pneumonia ganda yang dideritanya.

"Ketika saya memasuki kamar, Paus membuka matanya," ungkap Dr. Alfieri, seperti dikutip dari The Straits Times. "Saya segera memeriksa kondisinya untuk memastikan tidak ada masalah pernapasan. Kemudian, saya mencoba memanggil namanya, namun tidak ada respons. Saat itulah saya menyadari tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Paus sudah dalam kondisi koma."

Dalam wawancara terpisah, Dr. Alfieri mengungkapkan adanya saran dari sejumlah pejabat yang berada di dekat Paus untuk segera memindahkan beliau kembali ke rumah sakit. Namun, Dr. Alfieri berpendapat bahwa tindakan tersebut tidak akan memberikan perbedaan signifikan.

"Ia akan meninggal dalam perjalanan. Melalui CT scan, kami bisa mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, namun itu saja. Stroke yang dialami sangat dalam, dan dalam satu jam dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran," jelasnya.

Paus Fransiskus, yang saat itu berusia 88 tahun, memang tengah berjuang melawan pneumonia. Meskipun demikian, berita kematiannya tetap mengejutkan banyak pihak. Sehari sebelumnya, Paus Fransiskus terlihat menyapa kerumunan orang yang bersorak gembira pada Minggu Paskah, memberikan indikasi bahwa pemulihannya berjalan dengan baik.

Selama masa perawatan, Dr. Alfieri mengungkapkan bahwa Paus selalu mendengarkan nasihat dokter dan tidak terlalu memaksakan diri.

"Beliau adalah Paus. Kembali bekerja adalah bagian dari perawatannya, dan ia tidak pernah berada dalam kondisi yang membahayakan nyawanya," tuturnya.

Pertemuan terakhir Dr. Alfieri dengan Paus Fransiskus terjadi pada tanggal 19 April, dan saat itu kondisi Paus terlihat sangat baik.

"Kami tahu bahwa ia ingin tetap menjadi Paus hingga saat-saat terakhirnya. Ia tidak mengecewakan kami," pungkas Dr. Alfieri dengan nada haru.