Tradisi 'Guyang Sapi': Ritual Memandikan Ternak di Telaga Ploso Guna Tingkatkan Kesejahteraan Hewan di Tengah Ancaman Kekeringan
Puluhan ekor sapi, termasuk jenis limosin dan simental, memadati tepi Telaga Ploso di Giritirto, Purwosari, Gunungkidul pada Jumat (25/4/2025). Kehadiran mereka di bawah rindangnya pepohonan bukan tanpa alasan. Hari itu, para peternak melaksanakan tradisi 'guyang sapi neng telaga nggayuh prayogo', sebuah ritual memandikan sapi di telaga yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hewan ternak.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan hewan ternak. Dengan memandikan sapi secara rutin, diharapkan ternak terhindar dari berbagai penyakit. Lebih dari itu, aktivitas ini juga menjadi sarana untuk membersihkan kandang, yang secara keseluruhan berkontribusi pada kesejahteraan hewan. Wibawanti menambahkan bahwa proses membawa sapi ke telaga memberikan kesempatan bagi hewan untuk bergerak dan merasakan kebahagiaan.
Salah seorang peternak, Bilal, mengungkapkan bahwa ia rutin membawa ketiga sapinya ke Telaga Ploso setiap 2-3 hari sekali untuk dimandikan. Namun, ia juga menyadari bahwa Telaga Ploso tidak dapat menampung air dalam waktu lama, terutama saat musim kemarau tiba. Ketika telaga mengering, Bilal terpaksa menggunakan air kran di rumah untuk memandikan sapinya.
Peternak lain, Aris Sumarjono, memilih untuk memindahkan aktivitas memandikan sapi ke Telaga Petoyan saat musim kemarau karena telaga ini tidak pernah kering. Ia juga memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajak sapinya keluar kandang dan beraktivitas.
Lurah Giritirto, Hariyono, menjelaskan bahwa Telaga Ploso memiliki luas 1056 meter persegi dan telah dibangun talut pada tahun 2012. Namun, saat ini terdapat kebocoran di sisi utara telaga, yang menyebabkan air menyusut dengan cepat setelah hujan terakhir. Padahal, di sekitar Giritirto terdapat sekitar 235 ekor sapi yang bergantung pada telaga ini. Hariyono berharap agar telaga dapat segera diperbaiki agar airnya dapat bertahan lebih lama.
Selain untuk memandikan ternak, Telaga Ploso juga dimanfaatkan untuk perikanan dan pertanian. Saat ini, masyarakat sekitar sedang fokus menanam bawang merah, yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan padi. Keberadaan telaga ini sangat penting bagi perekonomian masyarakat setempat.
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan DPUPRKP Gunungkidul untuk menginventarisasi telaga dan kerusakan yang terjadi. Dari ratusan telaga yang ada, hanya sekitar 20 yang masih bertahan di musim kemarau. Endah tidak ingin inventarisasi ini hanya menjadi uji coba tanpa tindak lanjut yang konkret. Ia mencontohkan bahwa pengerukan telaga seringkali justru menyebabkan airnya berkurang. Oleh karena itu, pihaknya akan segera mengundang badan riset untuk melakukan kajian mendalam mengenai kondisi telaga di Gunungkidul.
Endah juga menekankan bahwa tradisi memandikan ternak di telaga ini merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah penyakit ternak seperti antraks, lato-lato, dan penyakit mulut dan kuku. Dengan memandikan sapi di telaga, diharapkan sapi menjadi lebih bersih dan peternak akan lebih termotivasi untuk menjaga kebersihan kandang. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat membantu merevitalisasi telaga.