Strategi Beijing Hadapi Tekanan Ekonomi AS: Lima Pilar Pertahanan dalam Perang Dagang

Strategi Beijing Hadapi Tekanan Ekonomi AS: Lima Pilar Pertahanan dalam Perang Dagang

Di tengah tensi ekonomi global yang meningkat, perseteruan dagang antara Amerika Serikat dan China terus berlanjut. Dengan implementasi tarif yang signifikan oleh kedua belah pihak, ekonomi global menghadapi ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Presiden Xi Jinping telah menyatakan kesediaan untuk berdialog, namun juga menegaskan tekad untuk membela kepentingan nasional China. Dalam konteks ini, Beijing tampaknya telah mempersiapkan serangkaian strategi untuk menghadapi tekanan ekonomi dari AS.

Berikut adalah lima pilar utama yang menjadi andalan China:

  • Ketahanan Ekonomi Domestik: Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, China memiliki kapasitas untuk menyerap dampak negatif dari tarif. Pasar domestik yang luas, dengan populasi lebih dari satu miliar jiwa, menjadi bantalan yang potensial. Pemerintah China juga berupaya untuk mendorong konsumsi domestik melalui berbagai insentif.
  • Investasi Teknologi Strategis: China berinvestasi besar-besaran dalam teknologi, termasuk energi terbarukan, kecerdasan buatan (AI), dan manufaktur chip. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan meningkatkan daya saing global.
  • Diversifikasi Pasar dan Kemitraan: China aktif memperluas hubungan dagang dengan negara-negara di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika melalui inisiatif Belt and Road. Diversifikasi pasar ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan membangun aliansi ekonomi yang lebih kuat.
  • Pemanfaatan Kelemahan AS: China menyadari kerentanan ekonomi AS, termasuk sensitivitas pasar obligasi terhadap kebijakan perdagangan. Beijing dapat menggunakan kepemilikan obligasi pemerintah AS sebagai alat untuk memberikan tekanan.
  • Kontrol Unsur Tanah Jarang: China memiliki dominasi dalam produksi dan pemurnian unsur tanah jarang, yang penting untuk berbagai industri teknologi tinggi. Pembatasan ekspor unsur tanah jarang dapat menjadi senjata untuk membalas tindakan AS.

Perang dagang ini bukan hanya tentang tarif; ini adalah persaingan strategis untuk supremasi ekonomi dan teknologi. China, dengan sumber daya yang besar dan strategi yang komprehensif, bertekad untuk menghadapi tantangan ini dan mempertahankan posisinya di panggung dunia.

Beijing memahami bahwa perang dagang dengan AS adalah maraton, bukan sprint. Pemerintah China berupaya untuk membangun ekonomi yang lebih tangguh, inovatif, dan mandiri. Strategi ini mencerminkan tekad China untuk menghadapi tantangan yang ada dan meraih masa depan yang lebih baik.

China berupaya memainkan kartu nasionalisme untuk membenarkan sikap Beijing yang tidak mau tunduk pada AS dan menerapkan tarif balasan terhadap Washington DC. Media pemerintah menyerukan kepada rakyat agar "menghadapi badai ini bersama-sama".