Misteri Nyeri Perut Remaja Terpecahkan: Bukan Kista, Melainkan Serangan Cacing Kremi di Usus Buntu

Seorang remaja putri berusia 15 tahun di Amerika Serikat mengalami serangkaian gejala yang membingungkan dokter. Ia datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut hebat, mual, dan kehilangan nafsu makan. Gejala-gejala ini awalnya memunculkan dugaan adanya peradangan pada usus buntu, kondisi yang memerlukan penanganan segera.

Pemeriksaan awal menunjukkan bahwa suhu tubuh pasien normal, dan hasil tes darah serta pemeriksaan penunjang lainnya tidak memberikan petunjuk yang jelas. Pemeriksaan USG panggul hanya menemukan kista ovarium kecil, sementara CT scan mengindikasikan adanya sembelit ringan. Namun, tidak ada bukti pasti yang mengarah pada diagnosis radang usus buntu.

Karena kondisi pasien terus memburuk selama dua hari berikutnya, tim dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan usus buntu sebagai langkah preventif. Radang usus buntu adalah kondisi serius yang terjadi ketika usus buntu, sebuah organ kecil berbentuk tabung yang terhubung ke usus besar, mengalami peradangan. Kondisi ini sering menjadi penyebab utama nyeri perut dan biasanya memerlukan intervensi bedah. Jika tidak diobati dengan cepat, usus buntu yang meradang dapat pecah, menyebabkan infeksi berbahaya yang mengancam jiwa di rongga perut.

Namun, saat melakukan operasi, dokter bedah terkejut dengan penemuan yang tidak terduga. Setelah usus buntu diangkat, mereka menemukan bahwa organ tersebut dipenuhi dengan Enterobius vermicularis, atau yang lebih dikenal sebagai cacing kremi. Temuan ini mengubah diagnosis awal dan memberikan penjelasan atas gejala yang dialami pasien.

"Usus buntu yang dipenuhi cacing kremi menjadi penyebab utama kondisi pasien yang memburuk," tulis tim medis dari Rumah Sakit Regional Beckley Appalachian dalam laporan kasus mereka yang diterbitkan dalam jurnal Cureus. Infeksi cacing kremi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi, terutama pada anak-anak usia sekolah (6-15 tahun). Cacing ini mudah menyebar melalui telur mikroskopis yang ditemukan di tangan, permukaan benda, atau makanan yang terkontaminasi. Setelah tertelan, telur menetas di usus, dan cacing dewasa dapat menyebabkan rasa gatal yang intens di sekitar anus, terutama pada malam hari.

Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi cacing kremi dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti infeksi saluran kemih (ISK) atau bahkan infeksi di bagian tubuh lainnya. Pada kasus remaja ini, setelah diagnosis ditegakkan, pasien diberikan albendazole, obat antiparasit yang efektif membunuh cacing kremi. Pasien merespons pengobatan dengan baik dan pulih sepenuhnya.

Pengalaman ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan berbagai kemungkinan penyebab nyeri perut, terutama ketika gejala yang muncul tidak sesuai dengan gambaran klinis radang usus buntu yang tipikal. Tim medis menekankan bahwa kasus ini menunjukkan tantangan diagnostik dalam mengidentifikasi Enterobius vermicularis sebagai penyebab potensial radang usus buntu. Pemeriksaan yang teliti dan evaluasi yang komprehensif diperlukan untuk memastikan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat.