Ketegangan Meningkat: Tiongkok Mengecam Manuver Kapal Perang AS di Selat Taiwan
Tiongkok Bereaksi Keras Terhadap Kehadiran Kapal Perang AS di Selat Taiwan
Beijing melayangkan protes keras setelah sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) dilaporkan melintasi Selat Taiwan. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok mengerahkan kekuatan laut dan udara untuk memantau pergerakan kapal tersebut, yang diidentifikasi sebagai kapal perusak berpeluru kendali USS William P Lawrence.
Tindakan AS ini dinilai Tiongkok sebagai provokasi yang melanggar kedaulatan mereka. Mereka menegaskan bahwa Selat Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan meminta AS untuk menghentikan aktivitas serupa yang dapat meningkatkan ketegangan regional. PLA juga menuduh AS menyebarkan disinformasi dan memutarbalikkan fakta terkait situasi di Selat Taiwan.
Komando Zona Timur PLA merilis pernyataan yang menuduh AS melakukan distorsi dan tindakan berlebihan. Mereka mendesak AS untuk bekerja sama dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Selain pernyataan resmi, PLA juga mempublikasikan video pendek yang menunjukkan personel Angkatan Laut Tiongkok memantau kapal perang AS dari kejauhan.
Sementara itu, Angkatan Laut AS belum memberikan komentar resmi terkait insiden ini. Namun, mereka secara rutin melakukan patroli di Selat Taiwan, terkadang bersama dengan kapal-kapal dari negara sekutu. Patroli ini dipandang sebagai demonstrasi komitmen AS terhadap kebebasan navigasi di perairan internasional.
Kehadiran kapal perang AS di Selat Taiwan selalu menjadi titik sensitif dalam hubungan AS-Tiongkok. Tiongkok menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan bertekad untuk menyatukannya kembali dengan daratan, bahkan dengan kekerasan jika diperlukan. AS, di sisi lain, mendukung Taiwan dan menyediakan bantuan militer untuk mempertahankan diri.
Selat Taiwan merupakan jalur perairan strategis yang penting bagi perdagangan global. Ketegangan di kawasan ini dapat berdampak signifikan terhadap stabilitas regional dan ekonomi dunia. Masyarakat internasional terus menyerukan dialog dan de-eskalasi untuk mencegah konflik yang lebih besar.